Sabtu, 19 September 2009

THE TEMPLE OF MAJAPAHIT KINGDOM

* LANGSUNG MASUK KE BLOG MAJAPAHIT ABAD-21

4 Juni 2009
PERCAYA ATAU TIDAKPUN RAMALAN SABDA PALON SUDAH BERJALAN DAN TERBUKTI
Diarsipkan di bawah: Ilmu Kasunyatan — Den Blontang @ 12:10 PM

Mungkin Tulisan ini sudah terlambat, tulisan ini terlalu sinis tapi mudah-mudahan bisa memberi pengertian dan kesadaran untuk lebih mencintai Tanah Air, Bangsa dan Nusantara. Mencintai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa, budaya serta peninggalan-peninggalan leluhur seperti Candi-candi, Pura, Puri, Purana ataupun yang lainnya. Memahami bahwa Majapahit masih ada sampai sekarang salah satu contohnya Bali yang sudah di Hindukan karena tidak bisa di Islamkan atau diarabisasi tapi lambat laun akan menjadi Arab kalau tidak disadari. Majapahit adalah bukan kerajaan Hindu tapi penyatuan Siwa Buda. Pada tahun 1961 Hindu di sahkan oleh Pemerintah sedangkan praktek-praktek di Bali sudah ada Ratusan tahun. Hindu identik dengan India Tapi Majapahit Bali tidak identik dengan India. Majapahit Bali semua menghormati leluhur (Silahkan tanya orang Bali yang mengerti sejarah,” Siapa yang di Bali yang tidak punya Kawitan dan menjang Sluwang Majapahit atau Siapa yang tidak melaksanakan odalan dan mecaru serta Upacara Ngenteg linggih yang menghormati leluhurnya biarpun akhirnya ke Tuhan). Pure boleh dikatakan tempat ibadah Hindu Tapi Pura/Puro adalah Keraton Stana daripada leluhur. Silahkan dicek kebenarannya bukan minta yang paling benar ataupun kalau bertanya cari orang yang benar-benar.

(Semua orang tahu akan Ramalan ini, tapi bagi yang tidak tahu silahkan baca terjemahannya dan akan mendapatkan kasunyatan, Majapahit tidak perlu pengakuan tapi Dunia mengakui Majapahit sejarah dan budayanya hanya bangsa sendiri saja yang belum membanggakannya, contoh Candi Borobudur diakui Dunia tapi karena bangsa ini tidak bangga akhirnya ya..menjadi hilang jati dirinya, malah membanggakan Candi kotak di padang pasir. Lihatlah bagaimana setiap orang di negara lain membanggakan peninggalan leluhurnya yang terawat. Disni ada yang berjuang, yang memang kewajiban BELIAU untuk berjuang malah ditutup dan di sunat “seperti adat Arab” tidak boleh memberikan kasunyatan padahal Dunia mengakuinya)
TERJEMAHAN BEBAS RAMALAN SABDA PALON NAYA GENGGONG YANG DULU DILARANG TANPA ALASAN YANG JELAS, PARADAJJAL ARAB KETAKUTAN DAN HABIS KONTRAKANNYA YANG MEMAKSA DIBUMI NUSANTARA TERCINTA

1. Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis didalam buku babad tentang Negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Orang yang bergelar Sunan Kalijaga didampingi oleh punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong. > (Cuplikan Serat Babad Majapahit, Darmagandul yang sempat dilarang zaman ORBA ketakutan dan pendiskriminasian etnis yang tidak boleh mempelajari Budaya Cina oleh Penjajah Dajjal yang ingin terus bercokol di negeri ini).
2. Prabu Brawijaya berkata lemah-lembut kepada punakawannya,”Sabda Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu lebih baik ikut Islam sekali, sebuah Agama suci dan baik”. > (Pada bait ini sebuah fakta kebohongan terjadi sejak 500 tahun yang lalu, Islam ajarannya baik tapi oknumnya memanfaatkan untuk menggempur yang lainnya dengan cara mudah sekali mengadu domba sesama, menyesatkan yang lain dan merasa paling benar dimuka bumi sampai detik ini. Tapi bagi yang tidak melakukan pemaksaan dan kekerasan serta pengrusakan apapun alasannya ya….jangan sewot atau mencak-mencak kebakaran jenggot).
3. Sabda Palon berkata kasar, ”Hamba tidak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dah Hyang setanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para Raja di tanah Jawa. Sudah digaris kita harus berpisah”. > (Ini kekukuhan orang Jawa yang masih mempertahankan adat dan budayanya, jaman sekarang mengucapkan hal seperti ini seperti “tidak mau masuk Islam” pasti akan disingkirkan, disesatkan dan dieliminasi, sayang seribu sayang Nusantara yang begitu beragam baik adat, budaya serta keyakinan akan dijadikan satu yakni budaya Arab disetir Dajjal. Lihat berita Nusantara TV, Koran dan lain-lain.)
4. Berpisah dengan sang Prabu kembali keasal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah lima ratus tahun saya akan menganti Agama Buda lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa. > (Ajaran Buda maksudnya ajaran Budi pekerti, tapi tidak ada salahnya memahami ajaran Siwa Buda atau istilahnya kejawen, apapun menurut orang yang tidak senang/aneh yang sampai detik ini banyak diterapkan termasuk di Bali karena Bali adalah Majapahit yang dikenal daripada Indonesia oleh dunia yakni percaya adanya leluhur, kita ada dengan perantara leluhur, sebelum semua menghadap kepada Tuhan YME/Alloh SWT melalui Muhammad SAW/Allah melalui Yesusnya/Ida Hyang Widi Wasa/ Thian atau apapun sebutannya. Kita mengenal Agama yang dibawa oleh penjajah karena Orang tua kita, ingat !!. Jadi tidak ada salahnya kita mengenal leluhur dulu, Nama Tuhan terlalu suci untuk kita sebut dengan mulut yang banyak busuknya ini, sedikit-sedikit membawa nama Tuhan seakan-akan Tuhan yang menyuruh, renungkan!!)
5. Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan Jin, Setan Brakasaan dan lain-lainya. Belum legalah hati bila belum Saya hancur-leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata Saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya. > (Banyak orang jadi tumbal sia-sia, kecelakan dimana-mana dengan mengenaskan, saling bantai sesama saudara dengan pikiran emosi dan baru-baru ini Gunung Merapi bereaksi. Pintu langit dibuka dan pintu bumi dibiarkan terbuka untuk para roh-roh yang dianggap gentayangan, roh-roh yang dibantai dilepas untuk membalas, terbukti hampir setiap hari terjadi kebakaran hingga ada yang dipanggang hidup-hidup baik didarat, laut dan udara. Diaben yang lebih mengenaskan. Di Bali Upacara Ngaben masih ada upacaranya. Lha…ini langsung hidup-hidup. Pertanyaannya,”Mengapa terjadi setelah terhitung 500 tahun sejak Hyang Sabda Palon bersabda”).
6. Lahar tersebut mengalir kebarat daya, baunya tidak sedap. Itulah “Pratanda “ kalau saya akan datang. Sudah menyebarkan Agama Buda (Budi Pekerti yang luhur). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat dirubah lagi.
7. Kelak waktunya paling sengsara di Tanah Jawa ini pada tahun, Lawon Sapta Ngesti Aji (ada yang mengatakan 1878 atau 1877 tapi kejadiannya kenapa empat sampai lima tahun yang lalu itulah tidak ada yang tahu tetapi Majapahit di hancurkan habis oleh Demak Islam sekitar tahun 1503, tetapi keturunannya tidak habis sama sekalikan?. Bahkan yang menyerang juga sama-sama keturunan masa Majapahit hanya di provokasi oleh sunan (dulu, cuplikan Babad Kadiri) dan juga masih terjadi provokasi untuk menghabisi sesamanya (sekarang). “Cuma bilang sesat” habislah mereka digebukin sama massa yang memang dibodohi dulu. 500 tahun kemudian pada tahun 2003 mulailah ada “goro-goro”, 2004 Serambinya Mekkah dihancurkan dulu dengan alam, sampai sekarang bisa dilihat sekeliling dan Koran serta TV. Itulah sejarah, semua berhak punya analisa karena dulu orang Jawa tidak boleh belajar sejarah biar bodoh dan goblok dan bisa terus dijajah, semua tulisan jawa dan cina berganti dengan tulisan arab, Tulisan Jawa dan Cina dianggap asing padahal Muhammad sendiri bersabda “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, makanya orang-orang Cina dilarang sekolah dan tulisan Cina dilarang fakta jangan ingkar. Uang kepeng/gobog banyak ditemukan berhuruf Cina. Silahkan datang ke Trowulan dan tanya pada orang yang membuat Batu bata merah ?. Adakah mereka menemukan uang gobog selain berhuruf Cina dan Jawa?. , Bali ornamen Bangunannya sama dengan Klenteng/tempat leluhur atau rumah Cina pada umumnya, orang pribumi dianggap asing, tulisan Cina dianggap asing, diskriminasi kepada bangsa leluhur Cina yang peninggalannya sebelum Gujarat masuk, padahal orang Arab disini itu yang lebih asing, “Apakah mereka asli, sejarah mengatakan kita adalah bangsa Indo-Cina” HADIST Nabi Muhammad pun yang diatas dimentahkan dengan sok berkuasa di negeri Nusantara yang beragam budaya, adat istiadatnya hingga berdasarkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa malah mau diarabisasi piye to mas…masss . Ada ada apa sebenarnya dulu, kenapa sejarah yang sebenarnya dipasung lihat pada masa ORBA apalagi sejarah 500 tahun yang lalu. Kalau memang mau berfikir kawula Majapahit jangan mau jadi pelanduk dan mati ditengah-tengah. Jangan goblok lagi dimanfaatkan untuk menggebuk sesama dan untuk komandannya jangan korbankan saudara kami mereka memang bodoh dan goblok karena terlalu banyak dijajah tapi salut kawula Majapahit masih tegar melaksanakan Adat istiadat, Budaya serta unggah-ungguhnya. Untuk orang Cina yang sudah turun temurun lahir di Nusantara kalian bukanlah warga keturunan yang baru datang, (asing) tapi kaum yang membawa peradaban yang modren dan bagus dari abad pertama sejarah bangsa ini. Makanya tulisan Cina dilarang supaya tidak tahu lagi sejarahnya berganti dengan sejarah Arab. Untuk yang Arab lahir disini banggalah punya Nusantara. menghirup udara Nusantara, kawin disini patutlah menghargai peninggalan leluhur kami, bangga dengan Nusantara yang beragam, jangan kalian rusak. Ramalan ini dulu sudah beredar tapi dianggap lelucon/tahayul hingga Hyang Sabda Palon menumpas melalui alam, believe or not). Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang ditengah-tengah, tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia. > (Terbukti tiba-tiba banjir bandang, hujan sedikit longsor, rob dan lain sebagainya yang menurut pakar salah prediksi, mari direnungkan !!).
8. Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa (Nusantara). Itu sudah kehendak Tuhan tidak bisa dipungkiri dan disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada di tangan-Nya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya. < (Percaya leluhur bukan berarti tidak percaya Tuhan yang menciptakan Alam dan isinya, hanya melalui perantara leluhurlah kita semua bisa sampai ke Tuhan). 9. Bermacam-macam bahaya yang membuat Tanah Jawa rusak. Orang-orang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para Priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang dihutan. > (Berita Tv, Koran terjadi krisis Global, banyak pengusaha bangkrut, disebabkan yang merusak Nusantara dengan membawa misi Agama import adalah Saudagar-saudagar makanya para saudagar dikutuk “Saudagar Tuna Sadarum”. Memperjual-belikan seenaknya. Orang yang bertitel baik sarjana maupun ningrat banyak yang susah bahkan mempermalukan dirinya sendiri dengan, korupsi, membunuh ataupun bunuh diri, orang dulu bangga waktu membantai sesamanya sekarang dibantai oleh Alam, kecelakaan dengan kepala pecah di gorok dan lain sebagainya. Impas !!).
10. Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan heblat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tetapi siang hari banyak begal. > (Penjelasan ini bisa dilihat di sekeliling kita dan di media cetak maupun elektronik, KASUNYATAN).
11. Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan Negara (Tapi sekarang Negara diatur Dajjal yang membawa kerusakan dengan menerapkan aturan yang menguntungkan kelompoknya atau pribadinya dan mengkebiri yang lainnya), sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut masih berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata ditanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia alias tewas. > (Flu burung, flu Babi cikungunya nanti menuysul apalagi penulis tidak tahu…..!!!).
12. Bahaya penyakit luar biasa. Disana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang > (lihat berita TV, Koran).
13. Seperti lautan meluap airnya naik kedaratan (Banjir Rob). Merusakkan kanan-kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup dipinggir sungai banyak yang hanyut terbawa sampai ketengah laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan bergemuruh suaranya.
14. Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap kekanan serta kekiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali (lihat saja). Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun > ( sudah terbukti di Aceh yang menamakan serambi Mekkah di hancurkan dulu oleh alam, tanpa tersisa mengapa ??. tanyakan pada diri anda sendiri dan masih banyak kejadian diluar dugaan manusia).
15. Gempa bumi 7 kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah “BREKASAKAN” yang menyeret manusia masuk kedalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh Kebanyakan mereka meninggal dunia. < (banyak yang Bunuh Diri, tertimpa bangunan dan banyak lagi peristiwa tragis tapi miris) 16. Demikianlah kata-kata Sabda palon yang segera menghilang sebentar, tidak tampak lagi dirinya. Kembali ke alam-Nya dengan Mokswa. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun Bagaimana lagi segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin dirobah lagi. > (Kata-kata terakhir daripada Prabu Brawijaya banyak diucapkan oleh orang sekarang, apabila terjadi musibah dalam hati menjawab ya…itu sudah takdir, kodrat mahluk hidup, tanpa memikirkan dengan otak yang Gratis ini yang diberikan Tuhan dibantu kasih sayang kedua Orang Tua. Hukum sebab-akibat tidak pernah diterapkan, karena sudah kita di bodohkan dengan Dajjal Arab. Bagi yang berharta, musibah ini ini tidak ada artinya tapi bagi orang miskin, kere, semua ini ada artinya, karena mereka memang memandang segala sesuatu dengan Uang, harta yang utama bukan Budi pekerti, budaya yang sudah diterapkan turun temurun sejak jaman Majapahit yang terbukti bisa menyatukan Nusantara dengan Rakyatnya adil makmur Gemah Ripah Loh Jinawi. Sekarang semua ramalan berjalan percaya ataupun tidak kenapa ??. Karena memang sudah ada yang diemong lagi oleh Hyang Sabda Palon. Yakni Raja Majapahit Masa kini yang mempertahankan Adat Budaya Nusantara tanpa mau tunduk oleh Dajjal Arab. Banyak yang mengaku keturunan Majapahit bahkan mengaku Raja Majapahit, tapi kehidupannya tidak identik sama sekali dengan sejarah Majapahit sebelum Islam (Abad 15 Islam Demak menghancurkan jaman Majapahit diseponsori Dajjal bermata satu merasa benar dan paling benar). Kalau dulu Jawa, Nusantara di Islamkan, di Kristenkan, Di Hindukan sekarang Islam, Kristen, Hindu di Jawakan artinya Jawa itu Ngerti, Contoh ada pengungkapan Oalah Cino iku kog Jowo tenan yo..yo ?. Itulah fakta yang akan merubah Nusantara andaikan semua orang mengerti dengan Sejarah dan Budayanya. Terkadang orang hafal sejarah dan budaya dari bangsa lain. Tapi Sejarah dan Budaya bangsa sendiri tidak mau. Adat-adat Nusantara di cap sesat, lontar-lontar atau Kitab-kitab majapahit kuno ajaran leluhur dianggap ajaran setan, leluhur dianggap setan, hantu. Padahal Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa serta semboyan untuk para prajurit di ambil dari kitab-kitab Majapahit inipun nantinya akan diganti dengan tulisan arab, Ironis !!. Sukses bangsa Arab menjajah negeri ini dan kami….(kalian) ketakutan kalau Bangsa Arab memutus hubungan kemana lagi berhaji itulah salah satu kemenangan mereka. Banyak orang Jawa memakai nama Arab biar mudah dihormati. Tidak peduli apa yang terjadi sesama bangsa sendiri saling membantai (lihat saudaranya digebukin gara-gara tidak sepaham dengan mereka), orang jawa yang sok kearab-araban lebih Arab daripada Bangsa Arab sendiri. Bangsa Arab masih punya hati Nurani menjalankan kehidupannya biarpun masih ada TKW kita yang dianggap Budak, toh memang sejarahnya begitu (Jahilliyah makanya sampai diutus Nabi untuk membetulkan tabiat mereka). Orang jawa yang kearab-araban lebih biadab dari pada orang arab sendiri, menggebuk yang lemah, membantai yang tidak tahu sekedar unjuk kekuatan. Sifat Dajjal memang seperti itu. lihat berita TV, KORAN (yang tidak merasa ya…jangan sewot) . Bangsa ini sudah punya Budaya sebelum Gujarat masuk membawa misi Agama, sudah punya Budaya. Ajining Bongso soko Budoyo !. Jangan terulang kembali peristiwa PKI yang langsung dibantai semua ataupun dicap untuk dimusnakan saudara kita, peristiwa 14-15 Mei 1998, Penggebukan aliran kepercayaan, dan Jangan mudah menamakan sesat bagi yang lainnya, hingga untuk memancing massa yang bodoh memang dibodohkan mudah menhancurkan sesamanya. Tidak semua massa tahu pokok pemasalahnya, mereka bodoh hingga dimanfaatkan oleh orang yang punya kepentingan dengan kepintarannya (pinter keblinger). Wahai kawula Majapahit jangan mau diadu domba lagi termasuk oleh bangsa sendiri, sadarlah !!. Dan pahamilah Sabda dari Hyang Sabda palon untuk mencintai Nusantara dan sadar akan terjadi dan sudah terjadi. Majapahit hancur oleh bangsa lain pasti maklum, tetapi Majapahit hancur oleh bangsa sendiri, wajahnya sama, bahasa sama dan satu Nusa satu Bangsa, Ironis !!. Penulis waktu mengungkapan hal ini sedikit bergetar dan ada sesuatu yang aneh tapi siap mempertanggung-jawabkan apa yang sudah di bagi melalui media ini). RAMALAN SUDAH BERJALAN MAU ATAU TIDAK MAU YANG DULU DILARANG BEREDAR, MENGAPA ?…… KETAKUTAN DAJJAL PULANG KEARAB. KARENA NUSANTARA SANGAT TERLALU KAYA RAYA BAGAIKAN SORGA TERMASUK ORANGNYA GANTENG DAN CANTIK. SEHINGGA MENJADI REBUTAN BANGSA LAIN. TAPI KARENA TIDAK BANGGA AKHIRNYA DIHANCURKAN OLEH DANYANG TANAH JAWA. NENEK MOYANG BANGSA KITA SUDAH SEJAHTERA MULAI ABAD PERTAMA, DIARAB MASIH PERANG SAUDARA DAN MASIH JAHILLIYAH. PATUT BANGGA, DIJAJAH SEKIAN LAMANYA BERARTI NUSANTARA MEMANG KAYA RAYA, KALAU TANDUS SIAPA YANG MAU MENJAJAH ?. (rahajeng dan rahayu untuk anda semu
MEMAKNAI BANTEN DENGAN BIJAK

Banten yang juga berarti Enten atau sadar/ingat, bagi umat Hindu etnis Bali, mengajarkan kita agar selalu ingat dengan Hyang Widhi. Sebagai sarana ingat ini, maka wujud ”Banten” adalah merupakan medianya. Banten dewasa ini menjadi sangat menarik dan menjadi pembicaraan umat Hindu karena ada yang mendefinisikan sebagai wujud bakti (ingat) sehingga tidak perlu besar/mewah ada juga yang mempertahankan format yang ada warisan pendahulu kita. Bahkan sebagian umat menjadikan Banten ini sebagai sarana mutlak untuk berkomunikasi dengan Sang Pencipta artinya kalau tidak ada banten tidak sreg. Seorang Sulinggih yang tulisannya selalu saya baca dan file tersendiri yang sempat menyampaikan dengan 5 Daksina saja sudah berani Muput Pitra Yadnya sekarang bergabung keorganisasi yang menjadikan banten sebagai sarananya, semoga saja komitment untuk memajukan umat Hindu dengan penyederhanaan banten tetap dipegang teguh oleh beliau. Banten ini juga menjadi menarik ketika dikaitkan dengan umat Hindu bukan etnis Bali misalnya Jawa karena mereka tentu tidak mengerti banten yang umum diterapkan umat Hindu di Bali. Jadi banyak wacana tentang banten ini , tetapi kita tidak melihat bagaimana banten ini dari sudut pandang umat Hindu yang menggunakannya, yang sering hanya menjadi objek saja.

Bagi umat Hindu etnis Bali secara umum, bahwa Banten ini tetaplah merupakan sarana menghubungakan diri untuk kegiatan Panca Yadnya dalam suasana ”ketidak tahuan makna simbolisnya secara utuh”. Sulinggih mungkin tahu, atau Pinandita, juga Sarati Banten, tetapi berapa persen mereka dibanding umat yang menggunakan banten ini. Jadi kita mesti melihat fenomena umat yang menggunakan banten ini dengan baik jika ingin banten ini menjadi sarana yang effektif. Umat ini pada dasarnya menyerahkan pada orang yang dianggap mengerti, apakah itu Sulinggih atau Pinandita/Pemangku. Kadang jika harus mengeluarkan uang puluhan juta untuk membeli banten, mereka akan lakukan walau menguras harta bahkan mungkin meminjam, itu karena keyakinan mereka akan banten ini. Jika ada yang mencoba menyederhanakan banten ini sering malah didebat dan dianggap menentang kebiasaan. Pemangku juga banyak yang ikut larut dalam kebiasaan ini dan menerima saja benten yang disediakan bahkan kadang menambahkan dan melanggengkan kebiasaan yang harusnya bisa disederhanakan. Namun ada juga Pemangku yang cerdik, beliau tetap Ngenteb (mengantarkan persembahyangan) tetapi diawal-awal biasanya diucapkan ”Menawi banten puniki kirang ampure, mangda Ida raris nunas ring Pasar Agung”  Jika sarana persembahyangan ini kurang, maaf mohon agar Ide (yang di Puja) mengambil di Pasar Agung (Pasar Agung itu salah satu Pura di Lempuyang Luhur). Jadi fenomena diatas menggambarkan realita umat atau juga Pemangku yang khawatir banten ini kurang apalagi saat Pitra Yadnya jangan-jangan Sang Atma tidak memperoleh tempat di Sunya Loka, atau kalau persembahan kepada Leluhur dan Bhatara lalu banten kurang, jangan-jangan Ida Bhatara juga Leluhur menjadi ”Bendu/Marah”. Yang menjadi pertanyaan apakah benar seperti itu ? apakah Bhatara, Leluhur yang sudah Meraga Dewa Hyang masih menuntut banten harus ini harus itu, hal ini yang harus dijelaskan oleh orang yang mengerti baik Sulinggih, Pinandita/Pemangku (yang faham) atau intelektual Hindu, bahwa hal itu tidak benar karena yang diperlukan dalam setiap persembahan adalah ’ketulusan hati”. Ada bahkan tokoh umat yang menyampaikan akan perlunya banten, katanya hanya para Maha Rsi yang mampu sampai pujanya kepada Sang Pencipta hanya dengan sarana sebuah dupa atau tanpa sarana apapun. Kalau begini berapa juta umat Hindu yang setiap hari bersembahyang sia-sia karena tidak tercapai doanya hanya karena tidak memakai banten. Lalu kalau memakai banten apakah akan sampai doa atau puja bhaktinya ?, tidak seorang pun yang tahu dan kita tidak perlu tahu karena kewajiban kita adalah memanjatkan puja bhakti dengan tulus dan tidak perlu berpikir apakah doa kita sampai atau tidak.

Pemakaian banten tidak harus ditentang karana hal itu tidak salah, tetapi kalau fenomena banten tetap seperti ini bagi umat Hindu etnis Bali, apalagi justru para tokoh umat bahkan Sulinggih justru mengajegkan banten ini terus, maka umat tetap akan ”miskin karena Yadnya”. Uang yang ada tidak bisa lagi untuk kehidupan, seperti : pendidikan, kesehatan (asuransi), tabungan, apalagi membantu fihak lain (dana paramita), bahkan dalam situasi yang serba sulit sekarang ini, maka umat Hindu di Bali akan semakin terpuruk dalam kemiskinan. Dalam situasi ini maka srada (iman) dan bhakti (taqwa) akan memudar dan kemungkinan untuk beralih agama bisa terjadi, atau dimanfaatkan oleh orang-orang yang mendewakan uang untuk mencapai tujuan (money politic) seperti : agar dapat pengikut/massa bagi orang politik atau orang yang hanya sekedar mempertahankan prestise yang semu.(gelar/kasta) dengan bantuan kepada orang lain tetapi dengan pamrih. Jadi satu-satunya pengetahuan yang perlu difahami oleh umat yang tidak faham dengan makna simbolis banten secara detail, adalah artikan ”Banten sebagai sarana untuk menghubungkan bhakti kehadapan Hyang Widhi juga Leluhur, dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan”. Jangan sampai berhutang untuk sebuah banten agar tidak menderita dalam hidup, tetapi memperoleh ketenangan skala-nisklala ,moksartham Jaghadita.



Penulis,


Nyoman Sukadana
Karanganyar - Solo - Jawa Tengah
13-03-2007
TajMahal adalah Kuil Hindu yang disabotase
Monday, September 7, 2009
By ngarayana

Di internet, baik yang dipublikasikan sebagai artikel, forum dan/atau mailing list sudah banyak dibahas mengenai kontroversi TajMahal. Namun untuk mendukung argumen-argumen dalam home page ini saya kira tidak ada salahnya saya tuliskan lagi di sini.

Artikel ini merupakan saduran dengan perbaikan terjemahan dari email yang saya peroleh dari milis Peradah (peradah-indonesia@yahoogroups.com) yang diposting oleh member yang menggunakan username Gede Sugik. Untuk lebih memperjelas dan menguatkan bukti-bukti yang menyatakan bahwa Taj Mahal adalah merupakan Kuil Hindu untuk dewa Siva yang disabotase oleh pejajah Islam waktu itu, saya juga menyadur dari beberapa sumber-sumber yang dapat dipercaya, salah satunya adalah dari tulisan Stephen Knapp.

Pencetus isu yang sangat kontroversial ini salah satunya adalah seorang ahli arkeologi dan sejarah bernama P.N.Oak. Sebagai mana yang sudah saya posting sebelumnya, P.N. Oak juga menelurkan karya tulis ilmiah yang tidak kalah fenomelanya, yaitu yang menyatakan Ka’bah adalah merupakan bekas kuil Hindu. Sebagai seorang ilmuan tentunya beliau berargumentasi berdasarkan data-data ilmiah yang ditemukan di lapangan. Bagaimana beliau membuktikan bahwa TajMahal pada awalnya adalah kuil dewa Siva bernama Tejo Himalaya? Mari kita telusuri bersama.

Gambar Om Kara yang dimodifikasi

Jika anda mengunjungi TajMahal, anda akan melihat berbagai annex, puing-puing tembok pertahanan, bukit-bukit, danau kecil, air terjun kecil, tamam megah, ratusan kamar berberanda, teras, menara bertingkat-tingkat, kamar-kamar rahasia, kamar tamu, kandang kuda, puncak Trisula pada kubahnya dan huruf sakral Hindu “OM” yang biasanya diukir di tembok suatu tempat suci.

Gambar lambang Siva di puncak TajMahal

Dilihat dari segi nama Tajmahal itu sendiri, dapat kita lihat bukti-bukti sebagai berikut:

1. Sebutan TajMahal sendiri tidak pernah nampak dari surat-surat atau arsip-arsip kerajaan Mogul, bahkan semasa pemerintahan Pangeran mogul Aurangzeb masa yang diisukan sebagai masa “konstruksi” TajMahal
2. Kata akhiran “Mahal” bukan istilah muslim karena tidak ada satupun negara muslim di dunia ini, dari Afghanistan sampai Aljazair, yang menamakan gedung mereka dgn kata “Mahal”.
3. Anggapan umum bahwa kata TajMahal berasal dari nama permaisuri Mumtaz Mahal, yang dikubur didalamnya, tidak logis. Beberapa alasannya antara lain; namanya bukan Mumtaj Mahal tetapi Mumtaz-ul-Zamani. Apalagi nama wanita India akan terdengar aneh kalau kita memotong
ketiga huruf pertamanya, “Mum”, dan menempelkannya pada nama
gedung.
4. Karena nama wanita itu adalah Mumtaz (berakhir dgn ‘Z’) seharusnya nama gedung itu menjadi Taz Mahal, dan bukan Taj (berakhir dgn ‘J’).
5. Sejumlah pengunjung Eropa pada jaman Shahjahan merujuk pada gedung itu sebagai Taj-e-Mahal, sesuai dgn tradisi jaman itu dan sesuai dgn kata Sansekerta tua Tej-o-Mahalaya, nama sebuah kuil dewa Siwa. Tetapi Shahjahan dan Aurangzeb secara licik menghindari penggunaan kata Sansekerta itu dan hanya menyebutnya “makam suci”.
6. Sejarah mencatat bahwa semua anggota istana atau anggota kerajaan Muslim termasuk Humayun, Akbar, Mumtaz, Etmad-ud-Daula dan Safdarjang dikubur dalam kuil-kuil dan tempat-tempat suci Hindu, bahkan ternyata di Indonesia juga demikian. Banyak tempat suci berubah menjadi kuburan sebagaimana saya kutip dalam sebuah artikel saya di homepage ini.
7. Kalau memang makam/kuburan, mengapa memakai kata “Mahal”, yang nota bene berarti “mansion/gedung” ?
8. Istilah TajMahal tidak tercatat dalam arsip istana mogul. Hal ini sangatlah aneh untuk suatu pembangunan gedung semegah itu. Hal ini sudah barang tentu karena kedua komponen namanya, ‘Taj’ dan’ Mahal’ adalah kata-kata Sansekerta.

Gambar Surat Aurangzeb kepada Shahjahan yang menyatakan TajMahal adalah kuil Hindu

Dilihat dari segi tradisi sebuah candi atau kuil yang merupakan tempat suci Hindu, maka dapat kita lihat kenyataan berikut ini.

1. Isitlah TajMahal adalah dari istilah sansekerta TejoMahalay / Tejo Mahalaya, yaitu merujuk pada sebuah Kuil Siva.
2. Tradisi lepas sepatu sebelum masuk gedung berasal dari jaman pra-Shahjahan saat TajMahal masih merupakan Candi Siva. Kalau memang TajMahal dulunya kuburan, orang tidak perlu melepaskan sepatu karena sepatu wajib dikenakan saat mengunjungi kuburan.
3. Ukiran kendi-kendi berjumlah 108 (seratus delapan) yang merupakan angka suci dan keramat dalam tradisi Hindu.
4. Orang-orang yang diberi tugas khusus untuk memperbaiki dan merawat TajMahal mengatakan telah melihat dalam tembok-tembok tebal dan ruang-ruang rahasia di lantai bawah yang tidak terbuka untuk umum yang berisi ukiran sakral lambang-lambang dewa Siva serta lingga Yoni Siva dan juga atribut-atribut dewa-dewa lainnya.
5. Di India ada 12 Jyotirlinga, yaitu candi-candi megah bagi Dewa Siva. Tejomahalaya alias Tajmahal nampaknya merupakan salah satunya yang dikenal sebagai Nagnatheshwar karena penuh dengan hiasan ular naga. Padahal dalam tradisi Islam tidak diperkenankan mengukir/membuat suatu perwujudan naga seperti ini, kenapa dalam bangunan tajMahal terdapat hiasan ular naga?
6. Manuskrip yang merupakan bagian kitab suci Hindu dibidang arsitektur yang terkenal berjudul Vishwakarma Vastushastra menyebut adanya ‘Tej-Linga’ diantara para Shivalinga, yaitu simbol-simbol Dewa Siva yg terbuat dari batu. Karena sebuah Tej Linga di-”konsekrasi” di Taj Mahal, maka timbullah isitilah TajMahal alias Tejo Mahalaya.
7. Kota Agra, tempat lokasi TajMahal, adalah pusat kuno pemujaan Siva. Para penduduk orthodox-nya selama berabad-abad meneruskan tradisi pemujaan di lima candi Siva sebelum makan malam selama bulan Shravan.
8. Beberapa abad terakhir ini, warga Agra hanya dapat meneruskan tradisi ini di 4 kuil Siva yaitu, Balkeshwar, Prithvinath, Manakameshwar dan Rajarajeshwar. Mereka kehilangan jejak kuil kelima dewa Siva, tempat pemujaan nenek moyang mereka. Ternyata, kuil ke lima adalah Agreshwar Mahadev Nagnatheshwar yaitu, Dewa Agra, dewa para naga, yang di-konsekrasi di Tejomahalay alias Tajmahal.
9. Suku yang mendominasi wilayah Agra bernama Jat. Nama mereka bagi Siva adalah Tejaji. Isu Khusus tentang Jat dalam majalah The Illustrated Weekly India (Juni 28,1971) menyebut bahwa suku Jat memiliki Teja Mandir atau kuil-kuil Teja. Ini karena Teja-Linga adalah diantara beberapa nama Shiva Linga. Dari sini jelas bahwa Taj-Mahal adalah Tejo-Mahalaya, tempat kediaman megah milik Tej/Siva.

Dari manuskrip-manuskrip kuno dan bukti-bukti arsip lainnya diperoleh keterangan antara lain sebagai berikut;

1. Arsip istana Shahjahan sendiri berjudul Badshahnama, pada halaman hal 403, jilid 1 mengakui bahwa sebuah istana megah dan unik yang dihias dengan atap berupa kubah (Imaarat-a-Alishan wa Gumbaze) diambil dari
Jaipur Maharaja Jaisigh bagi kuburan Mumtaz, dan gedung itu dikenal sbg istana Raja Mansingh.
2. Surat Pangeran Aurangzeb kepada ayahnya, kaisar Shahjahan, tercatat paling tidak dalam 3 bagian berjudul `Aadaab-e-Alamgiri’, Yadgarnama’, dan `Muruqqa-i-Akbarabadi’ (diedit oleh Said Ahmed, Agra, 1931, halaman 43, catatan kaki 2). Dalam surat itu, Aurangzeb mencatat tahun 1652 M bahwa berbagai bagian gedung dalam ketujuh tingkat Taj Mahal itu saking tuanya sehingga atap-atap sering bocor, sementara dibagian utaranya terlihat garis-garis retakan. Oleh karena itu, Aurangzeb langsung memerintahkan operasi darurat penyelamatan gedung itu atas biaya sendiri sambil menganjurkan kepada kaisar agar perbaikan yang lebih sulit dilaksanakan dikemudian hari. Inilah bukti bahwa pada masa kekuasaan Shahjahan, komplek Taj sudah begitu tua sehingga memerlukan perbaikan segera.
3. Maharaja Jaipur mencatat dalam koleksi tulisan rahasia-nya, `KapadDvara’, 2 perintah dari Shahjahan tertangal 18 Desember, 1633 M yang mempertanyakan kembali komplek Taj. Ini jelas sesuatu yang sangat memalukan bagi penguasa Jaipur sampai ia merahasiakan dokumen tersebut.
4. Arsip negara bagian Rajasthan di Bikaner menyimpan 3 perintah
yang disampaikan Shahjahan kepada Jaisingh, sang pemimpin Jaipur, memerintahkannya untuk mensuplai marmer (bagi makam Mumtaz) dan cetakan huruf-huruf Al-Quran dari tambang marmernya di Makranna dan juga sejumlah tukang ukir batu. Jaisingh sepertinya begitu marah dengan pencurian Tajmahal secara blak-blakan ini sampai ia menolak perintah Shahjahan.
5. Ketiga perintah diatas ini dikirim kepada Jaisingh 2 tahun setelah kematian Mumtaz. Kalau pendirian Tajmahal memang sampai memakan waktu 22 tahun sebagaimana yang diyakini secara absur atas sumber dari pengunjung Prancis, Travernir selama ini, maka marmer itu seharusnya baru akan diperlukan 15 atau 20 tahun sesudahnya dan tidak segera setelah kematian Mumtaz.
6. Lebih-lebih, ketiga perintah itu tidak pernah menyebut Tajmahal, ataupun Mumtaz, ataupun penguburan. Harga dan kuantitas batu marmer juga tidak disebut. Ini menunjukkan bahwa jumlah marmer yang diperlukan tidaklah besar, hanya sekedar untuk menambal atau mengubah dekorasi Tajmahal. Shahjahan tidak pernah mampu mendirikan gedung semegah Tajmahal kalau seandainya harus tergantung pada marmer Jaisingh yang sering tidak kooperatif.

Beberapa kesaksian dan penjelasan dari ahli sejarah dan juga pengunjung mancanegara memberikan penjelasan yang sangat kontradiksi dengan apa yang diyakini selama ini.

1. Tavernier, jeweller Perancis mencatat dalam buku perjalannannya bahwa Shahjahan secara sengaja mengubur Mumtaz didekat Taz-i-Makan (Kuil Taj) dimana pengunjung Eropa sering datang dan dapat mengaguminya. Ia juga menambahkan bawha ongkos tangga-tangganya lebih tinggi daripada ongkos pendirian keseluruhan gedung. Pekerjaan yang dilakukan Shahjahan di kuil Siva, Tejomahalaya, berupa penghancuran dekorasi mahal, mencongkeli arca-arca Siva di dua tingkat dan sebagai gantinya menancapkan centotaph dan kutipan-kutipan Al-Quran diseputar kubu-kubu dan tembok-tembok keenam tingkat gedung tersebut.
2. Peter Mundy, pelncong dari Inggris yang datang ke Agra tahun 1632 (1 tahun setelah kematian Mumtaz) menulis bahwa tempat-tempat menarik di dan sekitar Agra, termasuk makam, taman dan bazaar Taj-e-Mahal. Ini menegaskan bahwa Tajmahal memang gedung unik bahkan sebelum
Shahjahan.
3. De Laet, pejabat Belanda mendaftarkan istana Mansingh sekitar 1 mil dari benteng Agra, sebagai gedung megah jaman pra-Shahjahan. Arsip istana Shahjahan, Badshahnama, mencatat penguburan Mumtaz di dalam istana Mansingh yang sama.
4. Bernier, pengunjung Perancis mencatat bahwa non muslim dihalangi masuk lantai bawah tanah pada saat Shahjahan merebut istana Mansingh yang mengandung sinar-sinar terang. Jelas ia merujuk kepada pintu-pintu perak, pinggiran emas, dekorasi batu-batuan berharga, dan kalung dan dawai-dawai mutiara yang digantung di leher arca Siva. Shahjahan menyita semua kekayaan gedung ini dan menjadikan kematian Mumtaz sebagai alasan untuk menyembunyikan maksud sebenarnya.
5. Johan Albert Mandelslo, yang menggambarkan secara detil kehidupan di Agra tahun 1638 (7 tahun setelah kematian Mumtaz) dalam buku `Voyages and Travels to West-Indies’ (terbitan John Starkey dan John Basset, London), tidak menyebutkan apapun tentang konstruksi gedung megah macam TajMahal, yg “kata orang” dibangun antara tahun 1631 sampai 1653.

Penemuan yang tidak kalah menariknya di dalam gedung TajMahal itu sendiri adalah adanya tulisan-tulisan sansekerta yang sama sekali tidak sesuai dengan keberadaan kaligafi Al-Qur’an yang menghiasi TajMahal. Tulisan Sansekerta ini juga mendukung kesimpulan bawha Taj dulunya kuil Siva. Tulisan yang disalah kutip sebagai tulisan Bateshwar (saat ini disimpan di tingkat atas museum Lucknow), menunjuk pada keterangan yang mengatakan “kuil Siva sebening kristal, begitu cantiknya sampai Dewa Siva memutuskan untuk tinggal disana dan tidak lagi kembali ke tempat asalnya, Gunung Kailash”. Tulisan itu bertanggalkan 1155 M, dipindahkan dari taman Tajmahal atas perintah Shahjahan. Beberapa sejarawan salah menyebut tulisan itu sbg `Bateshwar inscription‘ padahal arsip tidak sedikitpun mengatakan bahwa tulisan itu ditemukan di Bateshwar. Seharusnya tulisan itu disebut dgn `The Tejomahalaya inscription’ karena asalnya memang dari taman Taj sebelum diangkat dan dibuang atas perintah Shahjahan.

Bukannya mendirikan, Shahjahan malah merusak TajMahal dengan kaligrafi hitam Quran dan menghancurkan semua tulisan Sansekerta, arca-arca dan 2 patung gajah besar dari batu yang kedua belalainya membentuk kubah, seolah-olah memberi tanda selamat datang kepada pengunjung. Areal itu sekarang merupakan pintu masuk dimana turis membeli tiket masuk. Orang Inggris, Thomas Twinning, mencatat pada bukunya “Travels in India A Hundred Years ago” di halaman 191 yang menuliskan bahwa pada bulan November 1794 dia tiba di tembok tinggi yang menutupi Taj-e-Mahal dan gedung-gedung disekitarnya. Dari sini dia menaiki tangga menuju portal indah yang merupakan pusat dari bagian gedung yang dinamakan ‘COURT OF ELEPHANTS’/Istana gajah.”

Taj Mahal dipenuhi dengan kaligrafi hitam 14 bab dari Al-Qur’an tetapi tidak ada satupun tulisan yang menyebut bahwa Shahjahan adalah pendiri Taj Mahal. Kalau memang ia orang yang mendirikanTajmahal, ia pasti akan memerintahkan penulisannya sebelum memulai mengutip Al-Qur’an.

Bahwa Shahjahan, hanya mencongkeli TajMahal dengan huruf hitam Qurannya itu disebut oleh Amanat Khan Shirazi sendiri (sang penulis kaligrafi) dalam salah satu karya kaligrafinya di gedung itu. Pengamatan seksama dari huruf-huruf Al-Qur’an itu menunjukkan adanya bekas-bekas tulisan yang ditutup-tutupi dengan batu.

Pintu TajMahal yang menghadap ke sungai menjadi obyek pengujian dengan radiokarbon (karbon-14) oleh laboratorium AS dan membuktikan bahwa pintu itu 300 tahun lebih tua dari masa Shahjahan. Tahun persisnya adalah 1155 M, kira-kira 500 tahun sebelum datangnya Shahjahan.

Dari segi arsitektur juga memberikan bukti yang sangat kuat bahwa TajMahal adalah kuil Siva yang direbut oleh penjajah Islam, Shahjahan.

1. Ahli-ahli arsitektur ternama seperti E.B.Havell, Mrs.Kenoyer dan Sir W.W.Hunterhave menulis bahwa TajMahal dibangun dalam gaya kuil Hindu. Havell menunjuk pada peta kuil Hindu kuno, yaitu candi-candi Siva di Jawa, identik dengan taj mahal.
2. Kubah ditengah-tengah dengan atap lengkung di keempat sudutnya adalah benuk universal kuil/candi Hindu.
3. Keempat menara marmer di keempat sudutnya adalah gaya Hindu yang biasanya digunakan sebagai menara lampu pada malam hari dan pos penjagaan pada siang hari. Menara-menara itu penting untuk menandakan arah-arah suci. Altar-altar perkawinan Hindu dan altar bagi pemujaan Dewa Satyanarayan memiliki tiang/pilar di keempat sudut.
4. Bentuk oktagonal TajMahal memiliki arti khusus dalam tradisi Hindu
karena hanya orang Hindu yang memiliki nama-nama khusus bagi delapan penjuru mata angin dan juga bagi para dewa yang bertempat di kedelapan penjuru tersebut (ditambah 1 arah tengah sehingga menjadi sembilan/sanga) yang dikenal dengan istilah Devatanavasanga /Dewata Nawa Sanga.
5. Ujung menara lancip menunjuk ke loka/dunia yang lebih atas, sementara fondasi menunjukkan dunia dibawah. Benteng, kota, istana dan candi-candi Hindu selalu memiliki layout oktagonal sehingga bersama-sama dengan ujung menara dan fondasi, mereka mewakili kesembilan arah mata angin/Dewata Nawa Sanga.
6. TajMahal memiliki ujung Trisula (semacam garpu bertanduk tiga) diatas kubah. Replika trisula ini diukir didalam tembok batu merah istana bagian timur Taj. Bagian tengah trisula ini menunjukkan sebuah “Kalash” (kendi suci) yang berisi 2 daun mangga dan sebuah kelapa. Ini motif sakral Hindu dan merupakan salah satu atribut penting dewa Siva. Trisula juga merupakan senjata dewa Siva. Trisula-trisula serupa ditemukan di banyak candi-candi Hindu dan Buddha di kawasan Himalaya. Selama ratusan tahun orang salah kaprah dan menganggap ujung Taj
ini sebagai bintang dan bulan sabit Islam yang juga merupakan alat penyambar petir yang dipasang Inggris pada jaman kolonialisme di India. Namun sebenarnya, ujung ini adalah karya metalurgi Hindu karena terbuat dari metal anti-karat, yang mungkin juga dimaksudkan untuk menyambar petir. Bahwa replika trisula ini digambar di bagian timur istana penting bagi umat Hindu karena ini merupakan arah terbitnya matahari. Ujung trisula ini, setelah direbut penjajah Muslim ditempeli kata ‘Allah’ sementara gambar replikanya tidak memiliki kata Allah.

Satu hal yang paling janggal dalam banguan TajMahal yang ada saat ini adalah inkonsistensi dalam banyak hal, yaitu antara lain:

1. Kedua gedung yang menghadap Taj di sebelah timur dan barat identik dalam design, ukuran dan bentuk. Tetapi gedung disebelah timur ini dianggap sebagai ruang komunitas Islam, sementara gedung sebelah barat dikatakan sebagai mesjid. Bagaimana gedung-gedung bagi tujuan yg sangat berbeda bisa berbentuk serupa? Mengapa gedung yg dinyatakan mesjid itu tidak memiliki minaret ? Itu karena tadinya merupakan bagian dari sepasang paviliun resepsi yang merupakan bagian kuil!
2. Beberapa meter dari situ terletak Nakkar Khana alias DrumHouse (Rumah Gendang) yang sangat tidak cocok dengan tradisi Islam. Dekatnya
Drum House ini menunjukkan bahwa gedung ini tadinya bukan mesjid. Mengapa? Karena sebuah Rumah Gendang adalah kebutuhan sebuah kuil atau Istana Hindu. Bukan Islam. Karena pekerjaan rumah Hindu, baik pagi maupun malam, selalu diiringi irama gendang lembut.
3. Ukiran-ukiran dimarmer bagian luar dari kamar cenotaph adalah bagian dari desain dan huruf Hindu “OM”. Juga terdapat motif-motif bunga padma dan kerang yang merupakan motif khas Hindu, yaitu atribut Visnu.
4. Ruang sanctom sanctorum (paling suci) Taj Mahal memiliki pintu-pintu perak dan pinggiran/pegangan emas seperti layaknya candi-candi Hindu. Didalam ruang ini, lantai marmer dihiasi dengan mutiara dan batuan-batuan berharga. Kekayaan material inilah yang membuat Shahjahan tertarik dan merebutnya dari Jaisingh, sang penguasa Jaipur yang tidak berdaya.
5. Orang Inggris bernama Peter Mundy pada tahun 1632 (setahun setelah kematian Mumtaz) melihat pegangan/sandaran tangga berlapis emas dan batuan-batuan berharga. Kalau proses pembangunan Taj Mahal memang sampai makan waktu 22 tahun, maka pegangan/sandaran berharga macam ini akan dipasang paling belakang (setelah gedung hampir selesai) dan tidak mungkin dapat disaksikan pengunjung setahun setelah kematian Mumtaz. Akhirnya semua hiasan berharga, sandaran tangga emas, pintu perak, mutiara, batuan-batuan berharga tersebut dicuri oleh Shahjahan. Penjarahan TajMahal merupakan skandal yang mengakibatkan percekcokan besar antara Shahjahan dan Jaisingh.
6. Di lantai marmer disekeliling cenotaph Mumtaz terlihat bekas-bekas mosaik. Bekas-bekas ini menunjukkan tempat-tempat bekas tongkat penunjang pegangan tangga emas itu. Ini menunjukkan bekas-bekas sebuah pagar (mengelilingi arca Siva).
7. Diatas cenotaph Mumtaz ada lampu yg digantung pada rantai. Yang awalnya adalah tempat kendi air yang diteteskan pada Shivalinga/lingga siva. Tradisi Hindu inilah yang dicontek penjajah Muslim menjadi cerita tetesan air mata yang jatuh pada makam Mumtaz saat terang bulan.

Diantara mesjid dan Rumah Gendang pada TajMahal terdapat sebuah sumur oktagonal bertingkat-tingkat yang berisi tangga yang menuju kebawah sampai ke tingkat batas permukaan air. Ini merupakan sumur tradisional, tempat penyimpan harta kuil ataupun istana Hindu. Barang berharga biasanya disimpan di kamar-kamar bawah tanah guna menyulitkan pencurian/penjarahan. Kalau sampai harta ini ingin direbut musuh maka harta ini bisa didorong dan disembunyikan dalam sumur. Sumur yang pelik pembuatannya dengan berbagai tingkat ini tidak diperlukan bagi sebuah mausoleum.

Yang lebih anehnya lagi, kalau seandainya memang Shahjahanyang membangun TajMahal sebagai mausoleum megah, sejarah pasti akan mencatat tanggal upacara penguburan isterinya. Namun anehnya, hal inipun tidak ada! Tidak adanya detil amat penting ini menunjukkan palsunya legenda TajMahal. Bahkan anehnya, tahun kematian Mumtaz tidak diketahui. Ada yang mengatakan
1629, 1630, 1631 ataupun 1632. Kenapa hal penting macam ini saja perlu ditebak-tebak? Tidakkah ini membuktikan bawha kematian Mumtaz adalah peristiwa yang tidak berarti sehingga orang tidak peduli dan merasa perlu mencatatkannya. Jadi, siapakah yang mendirikan TajMahal bagi kematiannya?

Cerita-cerita besarnya cinta Shahjahan bagi Mumtaz hanyalah isapan jempol. Tidak ada satu peninggalan sejarahpun yang menceritakan kisah cinta mereka!

Biaya pendirian TajMahal tidak sedikitpun tercatat dalam dokumentasi istana Shahjahan karena Shahjahan memang tidak membangunnya. Ini mengakibatkan berbagai spekulasi, mulai dari 4 juta sampai 91.7 juta rupee.

Sama juga dengan periode konstruksi yang diperkirakan antara 10 dan 22 tahun. Kalau memang ada dokumentasinya, orang tidak perlu mengira-ngira seperti ini.

Mengenai desainer Tajmahal kadang disebut Essa Effendy, kadang orang Persia atau orang Turki, Ahmed Mehendis, kadang orang Perancis, Austin de Bordeaux, atau kadang orang Italia, Geronimo Veroneo atau bahkan Shahjahan sendiri. Lalu siapakah sebenaranya desainer aslinya?

20.000 buruh seharusnya sibuk mendirikan gedung ini selama 22 tahun. Kalau ini memang benar, maka di masa Shahjahan seharusnya ada dokumentasi denah arsitektur, daftar jumlah kehadiran buruh, ongkos harian, tanda terima bahan baku dan order-order komisi atau setidaknya prasasti yang ditempatkan dalam bangunan semegah Tajmahal. Namun, tidak terdapat satu peninggalah manuskrippun yang ditemukan.

Karena itu, legenda Taj Mahal hanyalah karangan para “yes men” istana, sejarawan bodoh, arkeolog malas dan para penulis fiksi, tukang sajak, travel agent dan pemandu wisata pencari duit.

Deskripsi taman-taman disekitar TajMahal jaman Shahjahan menyebut nama-nama Jai, Jui, Champa, Maulashree, Harshringar dan Bel. Kesemua ini adalah nama-nama tanaman yang bunga atau daunnya digunakan dalam upacara pemujaan dalam tradisi Hindu. Daun Bel khususnya digunakan bagi Dewa Siva. Kuburan Hindu hanya ditanami dengan pohon besar dan teduh dan bukan dengan buah-buahan dan bunga-bunga.

Candi-candi Hindu sering dibangun di pinggir sungai dan pantai. TajMahal ini dibangun di tepi Sungai Yamuna, lokasi ideal kuil Siva. Nabi Muhammad sendiri memerintahkan bahwa tempat kuburan muslim tidak boleh menonjol ataupun ditandai satu tombak kuburanpun. TajMahal jelas-jelas melanggar hukum Islam.

Tajmahal yang memiliki gerbang masuk yang serupa dikeempat sudutnya menunjukkan kesesuiaannya dengan bangunan khas Hindu yang dikenal dengan nama Caturmukhi, yaitu muka empat.

TajMahal memiliki kubah yang bergaung. Kubah macam ini tidak cocok bagi sebuah makam yang harus menjaga kesunyian. Kubah-kubah bergaung macam ini memang diperlukan candi-candi Hindu karena memperindah suara lonceng, gendang, seruling dalam upacara pemujaan.

Kubah Tajmahal juga dihiasi bentuk bunga padma/lotus. Kubah-kubah Islam seharusnya tidak dihias sebagaimana terlihat di gedung Kedutaan Pakistan di Chanakyapuri, New Delhi, dan kubah-kubah di Islamabad.

Pintu masuk TajMahal menghadap selatan. kalau ini gedung orang Islam, seharusnya opintu masuk menghadap barat.

Banyak orang salah sangka bahwa seluruh gedung itu merupakan tempat pemakaman. Mumtaz dikubur didalam Taj. Jadi Taj bukan dibangung diatas kuburan Mumtaz. TajMahal adalah gedung berlantai 7, Pangeran Aurangzeb juga menyebut ini dalam suratnya kepada Shahjahan.

Jadi dari pemaparan bukti yang sangat mendetail ini sudah jelaslah bahwa TajMahal bukanlah sebuah kuburan yang dibangun oleh Shahjahan untuk istrinya Mumtaz, melainkan pada dasarnya adalah Kuil Hindu untuk dewa Siva, Tejo Mahalaya yang direbut dengan cara licik oleh Shahjahan sebagai penjajah Muslim yang berkuasa di India waktu itu.

Banguan Tejo Mahalaya bukanlah satu-satunya bangunan yang direbut dan dialihfungsikan secara antagonis oleh penjajah Muslim, kuil yang merupakan tempat yang diyakini sebagai lokasi munculnya Rama di Ayodya, tempat munculnya Krishna di penjara Raja kamsha, tempat munculnya Chaitanya dan banyak tempat-tempat suci umat Hindu di India direbut secara licik oleh penjajah Muslim waktu itu. Sebagian di hancurkan dan dijadikan Masjid, namun sebagian lagi malahan dijadikan kuburan/pemakaman. Dan ternyata di candi-candi di Indonesiapun kurang lebih bernasib sama seperti itu.

Note: Untuk melihat gambar-gambar bukti-bukti yang menukjukkan TajMahal adalah Kuil Siva, silahkan kunjungi situs berikut; http://stephen-knapp.com/was_the_taj_mahal_a_vedic_temple.htm

Sumber:

1. Email Gede Sugik dari milis peradah
2. www.stephen-knapp.com
3. Encyclopaedia Britannica, (1964), XXI, 759.
4. A C Roy, Bharater Itihas (in Bengali), I, 186.
5. D J Kale, Epigraphica India , published by S D Kale & M D Kale, I, 140-141.
6. R.C. Majumdar (General Editor), The History and Culture of the Indian People, Bharatiya Vidya Bhavan (in 12 volumes), Mumbai (1996) V, 122.
7. R.C. Majumdar, ibid, Bharatiya Vidya Bhavan, Mumbai (1996) VII, 781.
http://efrialdy.wordpress.com/2009/09/13/muhammad-adalah-nabi-terakhir-yang-ditunggu-umat-hindu/
Saya ingin mengungkapkan banyak sekali kejadian di bali yang membuat saya merasa sedih dan kecewa dimana saya adalah generasi penerus hindu-bali.Maka itu saya menuangkannya dalam tulisan ini agar sodara,temen, dan nyame kita yang muda-muda bangkit memperbaiki diri dan bersatu dalam menahan gelombang era ini...dimana semua bebas. Maukah kita terus begini sebagai Hindu-Bali ?? kita mesti bangkit temen-temen...perjuangkan!!
Jgn hanya diem dan mendengar istilah MULE KETO... , Mudah-mudahan kesadaran kita sebagai pemuda hindu lebih terbuka dan berani menentang ADHARMA...dan berani meluruskan dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang..


1. Mengenai orang mu dikubur atau di aben pada suatu desa karena alasan yang di aben udah tidak lagi berbanjaran atau ikut adat disana di sebabkan sudah pergi merantau lama padahal jelas itu sodara/nyame braye kita..ini salah satu aspek yang nyebabkan umat kita menjadi hengkang meninggalkan kita. Coba pikirkan baik-baik temen2!!

2. Awig-awig adat terutama contoh: badung lihat sekarang pendatang banyak sekali kenapa mereka tidak kita masukkan dalam peraturan awig2!!Kenapa mesti Braye kita yang di beratkan terus...sedangkan mereka hidup dan makan di tanah kita didiemkan saja. banyak sekali awig adat yang mesti di renopasi disesuaikan dengan keadaan sekarang ini...

3. Kelemahan kita yang paling mendasar adalah pernikahan beda agama, kenapa? Contoh: Si A adalah wanita hindu dan Si B adalah Pria Agama lain, Kalo mereka mengambil wanita hindu dengan mudahnya sekali kita melepasnya, kenapa? ini yang membuat saya sampai sekarang berpikir kok bisa?? coba kebalikkannya mereka akan mati-matian mempertahankannya dengan segala cara!!!hingga mereka menterror dan lain-lainya. satu lagi herannya jika ada salah satu umat kita nikah dgn beda agama kenapa mesti di permasalahkan?? Beh kurnen ne anak uling jawe pang gen!! Mestinya kita mengajarkannya dan memberikan Apa HINDU sebenarnya? bukan di jauhi dan di cemoh!!
Lihat Si B adalah Pria Agama lain itu pasti seluruh keluarganya akan mendukung dan temen-temennya akan membelanya dan mengajarkan serta memberikan yang terbaik.
Kenapa kita nggak bisa begitu????Persatuan dan Rasa sodara kita mana???

4.Banten...!! dulu waktu saya SMA di luar BALI ada salah satu guru sejarah saya berkata " Coba lihat orang Hindu-Bali kalo mereka sembahyang pasti pake sesuatu dan mengeluarkan biaya untuk itu". waktu itu hati-ku panas mendengarnnya hingga saya berkata " ma'af pak, maksud bapak berkata begitu kenapa? Si guru akhirnya hanya diem dan berganti topik. Nah....kita mesti Berani untuk itu dan memberikan pelajaran kepada generasi penerus kita nanti!! dan BAnyak lagi cerita-cerita yang meremekan kita jika anda-anda berada di luar BALI. Banten ini kita kaji ulang ?!!ini juga salah satu aspek kenapa banyak orang yang ngga mau ikut dgn kita!! dan membuat orang BALI terpaksa menjual tanah dan warisannya untuk itu. Sekarang Liat BALI???

5.Kasta!!! Bagaimana menurut kalian tentang KASTA ? Udah jelaskan!! Kasta di buat pada zaman kerajaan dulu untuk membedakan berdasarkan pekerjaannya , Dalam WEDA ada CATUR WARNA,,bukan KASTA...ini adalah salah satu aspek kelemahan kita yang di manfaatkan oleh lainnya!! Perbedaan ini hanya menguntungkan orang-orang yang berkasta tinggi dan orang memanfaatkannya?
Makanya sekarang banyak MPU dan RESI yang muncul di bali dimana itu pun banyak pertentangan!!

6. Kemiskinan!!! ini faktor besar juga, dgn kemiskinan orang-orang kita akan di iming-imingi kesejahteraan, pendidikan di tanggung mereka dan sebagainya...Ini berdasarkan penuturan teman saya kuliah dulu kenapa dia bisa sampai kuliah karena di biayai mereka...!! Kita apa? Liat nyame sing ngelah sube sing peduli!! Yang perlu kita laksanakan secepatnya adalah Pasraman untuk anak-anak generasi penerus...dan PANTI ASUHAN HINDU_BALI...dan yang paling
saya herankan adalah PACEKLIK GURU AGAMA HINDU kok bisa yah? apa Gunanya PHDI dan Lainnya , GILA...BAli bisa kurangan Guru Agama Hindu apalagi yang diluar BALI ?? ini Mesti kita BANGKIT...BAgaimanapun caranya??

Dan masih banyak lagi aspek-aspek lainnya!! Kenapa kita tidak bangkit sekarang ?? Kelemahan-kelemahan itu di gunakan oleh mereka untuk mengurangi kita..!! Kita mesti BERANI BANGKIT???!!!JGN menunggu dan DIAM saja...

terimakasih...


Diposkan oleh red_on di 22:29 0 komentar Link ke posting ini
Kebangkitan Gerakan Agama Hindu di Jawa, Indonesia
Oleh Thomas Reuter.

Selama 1000 tahun, kerajaan2 Hindu subur di Jawa, sampai datangnya Islam di abad ke 15. Tetapi, di tahun 1970-an, bangkit kembali sebuah gerakan Hindu yg menyebar ke seluruh kepulauan Indonesia. Agama Hindu bahkan mendapat lebih banyak pengikut di saat negara sedang menghadapi berbagai krisis, terutama di Jawa, pusat politik di Indonesia.

Berdasarkan riset etnografis atas lima kelompok masyarakat pada candi2 Hindu besar, tulisan ini menelaah sejarah politik dan dinamika sosial bangkitnya kembali agama Hindu di Jawa.

Saya tertarik pada Jawa setelah melakukan penelitian selama 10 tahun di Bali. Kebanyakan masyarakat Bali menganggap diri mereka sebagai keturunan kaum ningrat kerajaan Hindu Jawa Majapahit yang menaklukkan Bali di abad ke 14. Jumlah orang Bali yang berziarah ke kuil2 Hindu di Jawa semakin bertambah. Malah mereka sering terlibat dalam pembangunan kuil2 dan pelaksanaan ibadah Hindu baru di Jawa. Mereka juga mendominasi perwakilan kaum Hindu di taraf nasional. Dan banyak pendeta2 Hindu Jawa yang dilatih di Bali.

Hal yang paling mempengaruhi gerakan ini :


1) Kebangkitan Agama Hindu dalam Konteks Sejarah dan Politik

a)
Banyak orang Jawa masih mempertahankan kepercayaan warisan tradisi Hindu selama berabad-abad sambil juga memeluk Islam. Kepercayaan ini dikenal sebagai agama Jawa (kejawen) atau Islam Jawa (Islam abangan, nama yg dipakai Geertz 1960). Beberapa kelompok masyarakat terpencil masih tetap memeluk Hindu secara terbuka. Salah satu kelompok ini adalah masyarakat Hindu yang tinggal di dataran tinggi Tengger (Hefner 1985, 1990) di Jawa Timur. Orang2 ‘Hindu’ Jawa yang ditulis di laporan ini adalah mereka yang tadinya Muslim dan kemudian murtad untuk memeluk agama Hindu.

Laporan tahun 1999 yang tidak pernah diumumkan oleh Kantor Statistik Nasional Indonesia memperkirakan terdapat 100.000 orang Jawa yang secara resmi murtad atau ‘kembali lagi’ pindah dari Islam ke Hindu dalam waktu 20 tahun terakhir. Pada saat yang bersamaan, cabang organisasi Hindu (PHDI) Jawa Timur mengatakan bahwa umatnya bertambah sampai berjumlah 76.000 di tahun ini saja. Angka ini tidak sepenuhnya dapat dipercaya, dan tidak dapat pula menggambarkan besarnya kebangkitan agama Hindu di Jawa karena ini hanya berdasarkan nama agama yang tercantum di KTP dan hanya berdasarkan laporan agama resmi. Menurut pengamatan saya, banyak yang pindah agama tapi tidak melaporkan diri.

Meskipun demikian, perhitungan jumlah orang Hindu di Jawa ternyata lebih banyak daripada orang Hindu di Bali. Data yang dikumpulkan secara independen selama penelitian saya di Jawa Timur menunjukkan bahwa tingkat cepatnya proses pindah agama melesat secara dramatis selama dan setelah jatuhnya Pemerintahan Rezim Suharto di tahun 1998.

Sebelum tahun 1962, agama Hindu tidak diakui secara nasional sehingga orang2 beragama Hindu tidak bisa mencantumkan agama mereka secara resmi. [2] Permohonan pengakuan Hindu sebagai agama resmi diajukan oleh organisasi agama dari Bali dan dikabulkan di tahun 1962 demi kepentingan masyarakat Bali yang mayoritas adalah Hindu. Organisasi yang terbesar yakni Parisada Hindu Dharma Bali yang kemudian diubah menjadi PHD Indonesia (PHDI) di tahun 1964, berupaya untuk memperkenalkan Hindu secara nasional dan bukan hanya milik Bali saja (Ramstedt 1998).

Di awal tahun 70-an, orang2 Toraja Sulawesi mengambil kesempatan ini dengan memeluk agama nenek moyang mereka yang banyak dipengaruhi oleh Hindu. Masyarakat Batak Karo dari Sumatra di tahun 1977 dan masyarakat Dayak Ngaju di Kalimantan di tahun 1980 juga melakukan hal yang sama (Bakker 1995).

b)
Identitas agama menjadi masalah hidup-mati saat agama Hindu memperoleh status resminya, yakni di saat terjadinya kerusuhan anti komunis di tahun 1965-66 (Beatty 1999). Orang2 yang tidak dapat menyebutkan agamanya digolongkan sebagai orang atheis dan dituduh komunis. Terlepas alasan politis ini, kebanyakan orang menganut Hindu karena juga ingin mempertahankan agama nenek moyang dan bagi masyarakat di luar Jawa, Hindu merupakan pilihan terbaik dibandingkan Islam. Sebaliknya, kebanyakan orang Jawa tidaklah melihat Hindu sebagai agama pilihan di saat itu karena kurang adanya organisasi Hindu dan juga karena takut pembalasan organisasi2 Islam besar seperti Nahdatul Ulama (NU). Anggota2 muda NU tidak hanya aktif membunuhi orang2 komunis tapi juga unsur2 Jawa Kejawen atau anti Islam yang banyak dianut Partai Nasionalis Islam milik Sukarno selama tahap pertama pembunuhan masal di jaman itu (Hefner 1987). Demi keslamatan nyawa, para pengikut Kejawen terpaksa mengumumkan diri mereka sebagai Muslim.

Pada awal Orde Baru, Presiden Suharto tidak mengikuti paham agama apapun. Baru di tahun 1990-an, Suharto mulai mendekati organisasi2 Islam. Awalnya Suharto adalah pembela aliran Kejawen yang gigih, tapi ia lalu mengajukan tawaran2 kepada kelompok Islam di masa itu karena berkurangnya dukungan masyarakat dan militer terhadap rezimnya. Tindakannya yang paling jelas tampak pada dukungannya atas Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), yang anggotanya secara terbuka menginginkan negara dan masyarakat Islam Indonesia (Hefner 1997).

Kekuatiran mulai tumbuh tatkala ICMI menjadi organisasi yang mendominasi birokrasi nasional dan melaksanakan program2 pendidikan Islam besar2an dan pembangunan mesjid2 melalui Departemen Agama dan sekali lagi menyerang aliran dan penganut Kejawen. Pada waktu yang sama, terjadi pembunuhan2 oleh ekstrimis Muslim atas orang2 yang dituduh sebagai dukun yang melakukan pengobatan tradisional Kejawen. (Ingat serentetan kasus pembunuhan dukun santet oleh ‘ninja’ yang terjadi di desa2 terpencil di Jawa?)

Pengalaman2 pahit dan penindasan2 membuat para penganut Kejawen takut dan juga benci. Dalam wawancara yang dilakukan di tahun 1999, orang2 yang baru saja murtad dan memeluk Hindu di Jawa Tengah dan Timur mengaku bahwa mereka sebenarnya tidak keberatan dengan identitas Islam. Tapi mereka sakit hati saat harus meninggalkan tradisi Hindu Jawa dengan tidak lagi melakukan upacara2 tertentu yang sudah menjadi bagian hidup mereka. Untuk menyalurkan hasrat politik, banyak penganut Kejawen dan pemeluk baru agama Hindu yang menjadi anggota partai politik Megawati Sukarnoputri. Sumber2 keterangan dari kelompok ini menyatakan bahwa kembalinya mereka kepada agama Majapahit (Hindu) merupakan kebanggaan nasional dan ini diwujudkan melalui pandangan politik baru yang penuh rasa percaya diri..


2)Kebangkitan Agama Hindu dalam Konteks Sosial dan Ekonomi

Ciri2 umum yang tampak di masyarakat baru Hindu di Jawa adalah kecenderungan untuk berkumpul di pura2 yang baru saja dibangun atau candi2 kuno yang dinyatakan kembali sebagai tempat ibadah masyarakat Hindu. Satu dari pura2 Hindu yang baru dibangun di Jawa Timur adalah

Contoh, Candi Mandaragiri Semeru Agung, di bukit dekat Gunung Semeru. Ketika candi ini selesai dibangun pd bulan Juli 1992 dengan bantuan keuangan Bali, hanya segelintir keluarga setempat secara resmi memeluk agama Hindu. Penelitian di bulan Desember 1999 menunjukkan masyarakat Hindu lokal berkembang menjadi lebih dari 5.000 keluarga.

Perpindahan agama besar2an yang sama juga terjadi di daerah sekitar Candi Agung Blambangan yang merupakan candi baru yang dibangun di daerah sisa2 kerajaan Blambangan, pusat kekuatan politis Hindu terakhir di Jawa. Yang tidak kalah pentingnya adalah Candi Loka Moksa Jayabaya (di desa Menang dekat Kediri), di mana raja dan petinggi Hindu, Jayabaya, dipercaya mencapai moksa (kemerdekaan spiritual).

Gerakan Hindu lain yang juga mulai tampak terjadi di daerah sekitar Candi Pucak Raung (di Jawa TImur) yang baru saja dibangun. Daerah ini disebut dalam sastra Bali sebagai tempat di mana begawan Hindu, Maharishi Markandeya, mengumpulkan pengikutnya untuk melakukan perjalanan ke Bali dan dengan itu membawa agama Hindu ke Bali di abad 5 M.

Kebangkitan agama Hindu juga tampak di daerah Candi Hindukuno di Trowulan dekat Mojokerto. Daerah ini dikenal sebagai ibukota kerajaan Hindu Majapahit. Gerakan Hindu setempat berusaha untuk mendapatkan ijin menggunakan candi yang baru saja digali sebagai tempat ibadah agama Hindu. Candi ini akan dipersembahkan bagi Gajah Mada, perdana menteri Majapahit yang berhasil mengembangkan kerajaan Hindu kecil itu sampai meliput wilayah dari Sabang sampai Merauke.

Meskipun terdapat lebih banyak pertentangan dari kelompok Islam di Jawa Tengah daripada di Jawa Timur, masyarakat Hindu ternyata juga berkembang di Jawa Tengah (Lyon 1980). Contohnya adalah di Klaten di dekat Candi Prambanan.


Candi Prambanan

Selain itu candi2 besar Hindu juga dapat mendatangkan kemakmuran baru bagi masyarakat setempat. Selain mengundang biaya bagi pekerja2, pelebaran dan perbaikan candi itu sendiri, mengalirnya peziarah Bali yang terus menerus ke candi2 nasional itu menciptakan suatu industri baru bagi penduduk setempat. Di sepanjang jalan utama menuju Candi Semeru terdapat sederetan hotel dan toko2 yang menawarkan sesajen siap pakai, angkutan, dan makanan bagi para pendatang. Pada hari2 raya besar, puluhan ribu peziarah akan datang setiap hari. Peziarah yang memberi sumbangan dana besar bagi candi besar itu juga ternyata menarik perhatian penduduk setempat. Kemakmuran ekonomi orang2 Bali juga membuat penduduk setempat berpendapat bahwa ‘budaya Hindu ternyata lebih banyak mendatangkan keberhasilan pariwisata internasional dibandingkan budaya Islam’.

3) Kebangkitan Hindu sebagai Pemenuhan Ramalan Utopia (negara impian)

Pihak pendukung dan penentang agama Hindu biasanya menghubungkan bangkitnya agama Hindu secara tiba2 di Jawa dengan ramalan terkenal Sabdapalon dan Jayabaya. Dalam ramalan itu dinyatakan beberapa utopia dan bencana alam dahsyat, meskipun pengertian akan ramalan ini berbeda antara kedua pihak.
Harapan terpenuhinya ramalan itu merupakan cermin ketidakpuasan yang semakin membesar atas Pemerintahan Suharto yang korup dan tangan besi di tahun 1990-an sampai berakhir di tahun 1998, yang diikuti dengan demonstrasi mahasiswa di berbagai kota di Jawa sejalan dengan krisis ekonomi Asia. Krisis politik dan ekonomi yang lebih besar yang terus berlangsung di Indonesia saat ini juga semakin menumbuhkan harapan itu.

Presiden Abdurahman Wahid, presiden Indonesia pertama yang terpilih secara demokratis, ternyata mengundang banyak kritik karena pada masanya terjadi pertentangan agama, pemberontakan di Aceh dan Papua Barat dan skandal korupsi di Pemerintahan. [3] Masyarakat luas menduga ketidakstabilan politik di bawah Pemerintahan Megawati Sukarnoputri (sejak tanggal 23 Juli 2001) akan terus berlangsung. Selain itu dikhawatirkan penindasan seperti yang terjadi di jaman Suharto akan terulang lagi. Menurut penentang dan pendukung gerakan baru agama Hindu, keadaan politik yang tak menentu saat ini sesuai dengan ramalan Sabdapalon dan Jayabaya.

Menurut legenda, Sabdapalon adalah pendeta dan penasehat Brawijaya V, raja terakhir kerajaan Hindu Majapahit. Dikisahkan pula bahwa Sabdapalon mengutuk rajanya yang meninggalkan agama Hindu untuk memeluk agama Islam di tahun 1478. Sabdapalon lalu berjanji untuk kembali setelah waktu 500 tahun berlalu di masa merajalelanya korupsi politik dan bencana2 alam besar, untuk mengenyahkan Islam dari pulau Jawa dan membangkitkan kembali agama dan masyarakat Hindu Jawa.

Beberapa candi Hindu baru yang pertama dibangun di Jawa memang selesai dibangun sekitar tahun 1978, misalnya Candi Blambangan di daerah Banyuwangi. Sesuai dengan ramalan, Gunung Semeru meledak di waktu itu pula. Semua ini dianggap sebagai bukti tepatnya ramalan Sabdapalon. Pihak penentang Hindu dari agama Islam menerima prinsip ramalan itu, meskipun menafsirkannya secara berbeda. Beberapa kalangan Islam menganggap murtadin yang memeluk Hindu disebabkan karena kelemahan sesaat dalam masyarakat Islam itu sendiri, dengan menyalahkan sifat materialisme di dunia modern dan turunnya nilai2 Islami atau karena penerapan Islam yang tak murni melalui tatacara ibadat Kejawen (Soewarno 1981). Menurut pendapat mereka, ‘kembalinya Sabdapalon’ berarti ujian bagi Islam dan perlunya memurnikan dan membangkitkan kembali iman Islam.

Ramalan yang lain yang juga terkenal di seluruh Jawa dan Indonesia adalah ramalan Jayabaya. Buku tentang ramalan ini yang ditulis oleh Soesetro & Arief (1999) telah jadi best seller nasional. Ramalan Jayabaya juga seringkali didiskusikan di koran2. Ramalan2 kuno ini memang bagian dari percakapan dan diskusi sehari-hari dalam masyarakat Indonesia.

Tokoh legendaris Sri Mapanji Jayabaya berkuasa di kerajaan Kediri di Jawa Timur dari tahun 1135 sampai 1157 M (Buchari 1968:19). Dia terkenal atas usahanya menyatukan kembali Jawa setelah pecah karena kematian raja sebelumnya, Airlangga. Jayabaya juga terkenal karena keadilan dan kemakmuran kerajaannya dan karena pengabdiannya bagi kesejahteraan rakyatnya. Jayabaya dikenal sebagai titisan dewa Wishnu dan dianggap sebagai ‘ratu adil’ yakni raja yang bijaksana yang muncul di jaman edan di akhir putaran tatasurya untuk menegakkan kembali keadilan sosial, keteraturan dan keseimbangan di dunia. Banyak yang percaya waktu datangnya sang ratu adil yang baru telah dekat (seperti yang disebutkan dalam ramalan itu, “jika kendaraan2 besi bergerak sendiri tanpa kuda2 dan kapal2 berlayar menembus langit“), dan ia akan datang untuk menyelamatkan dan menyatukan Indonesia kembali setelah krisis hebat yang mengantarkan kepada awal jaman keemasan yang baru.

Dugaan terjadinya bencana besar dan utopia ini mengingatkan akan berakhirnya putaran tatasurya di masa kejayaan yang lampau untuk masuk ke jaman sekarang yang penuh kebobrokan moral, dan perlu diperbaiki kembali di masa depan dengan mengulangi kembali kejayaan di masa lampau.

Orang2 Hindu Jawa mengenang Sabdapalon dan Jayabaya dgn penuh kebanggaan karena mewakili jaman keemasan sebelum Islam. Kalangan Islam sendiri sebaliknya percaya bahwa Jayabaya itu sebetulnya adalah seorang Muslim dan Sabdapalon tidak mau masuk Islam karena saat itu dia berhadapan dengan bentuk Islam yang salah dan tidak murni lagi (Soewarno 1981). Meskipun begitu, para penelaah ramalan dari pihak Muslim dan Hindu setuju bahwa sekaranglah masa terjadinya bencana hebat. Mungkin dalam bentuk reformasi politik besar2an dan mungkin pula sebuah revolusi. Kedua belah pihak juga setuju bahwa sistem pemerintahan demokrasi yang murni hanya dapat terlaksana dengan adanya pemimpin yang bermoral sangat tinggi yang mencampurkan kesadaran demokrasi modern dengan karisma kepemimpinan tradisional.

Pengaruh ramalan Jayabaya tampak nyata pada diri masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan dan ini tampak pula dengan kunjungan2 rahasia yang dilakukan Presiden Abdurahman Wahid (sekali sebelum dia dicalonkan untuk jadi presiden dan sekali lagi sebelum dia terpilih) sewaktu menjabat ketua NU ke candi keramat Raja Jayabaya di Bali, Pura Pucak Penulisan. [4] Setelah kunjungan pribadi malam hari di pura Hindu kuno ini, demikian menurut pengakuan pendeta2 Hindu setempat, Gus Dur berbicara dengan mereka untuk waktu lama tentang ramalan2 Jayabaya dan kedatangan kembali ratu adil.



Bukit Penulisan
———————————————————————- —


Footnotes

[1] Islam, for example, incorporated elements from the tribal traditions of Arab peoples and from Jewish and Christian texts such as the 'Old Testament'.

[2] The other four state-recognized religions (agama) are Islam, Catholicism, Protestantism, and Buddhism (mainly Indonesians of Chinese ethnicity). Unrecognized religions are categorized by the state as minor
'streams of belief' (aliran kepercayaan) or are simply treated as a part of different local 'customs and traditions' (adat).

[3] As I am writing this, parliamentary procedures have been set into motion so as to impeach President Abdurahman Wahid on allegations of his involvement in corruption scandals.

[4] Pura Pucak Penulisan is still an important regional temple, and was a state temple of Balinese kings from the eighth century AD (Reuter 1998). Many statues of Balinese kings are still found in its inner sanctum, including one depicting Airlangga's younger brother Anak Wungsu. Literary sources suggest that intimate ties of kinship connected the royal families of Bali with the dynasties of Eastern Javanese kingdoms, including Kediri. Jayabaya's predecessor Airlannga, for example, was a Balinese prince.

[5] Sometimes apocalyptic expectations can reach such a pitch that members of the movement concerned may feel a need to bring about the very cataclysm the have been predicting. The poison gas attack in Tokyo launched by Japan's AUM Shinokio sect is a recent example. It is still uncertain whether the recent bomb attacks on Javanese Christian churches over the christmas period of 2000 were the responsibility of radical religious groups, or were instigated by other political interest groups wishing to destabilize the country by inciting simmering inter-religious conflicts in Java to the same level of violence as in the troubled Molukka Province.


References

Adorno, T. W. 1978. 'Freudian Theory and the Pattern of Fascist Propaganda'. In A. Arato & E. Gebhardt (eds), The Essential Frankfurt School Reader. Oxford: Basil Blackwell.

Bakker, F. 1995. Bali in the Indonesian State in the 1990s: The religious aspect. Paper presented at the Third International Bali Studies Workshop, 3-7 July 1995.

Beatty, A. 1999. Varieties of Javanese Religion. Cambridge: Cambridge University Press.

Buchari 1968. 'Sri Maharaja Mapanji Garasakan'. Madjalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia, 1968(4):1-26.

Ellingsen, P. 1999. 'Silence on Campus: How academics are being gagged as universities toe the corporate line'. Melbourne: The Age Magazine, 11.12.1999:26-32.

Fox, J. & Sathers, C. (eds) 1996. Origins, Ancestry and Alliance: Explorations in Austronesian Ethnography. Canberra: Department of Anthropology, Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University.

Geertz, C. 1960. The Religion of Java. Chicago: The University of Chicago Press.

Hefner, R. 1985. Hindu Javanese: Tengger Tradition and Islam. Princeton: Princeton University Press.

Hefner, R. 1987. 'The Political Economy of Islamic Conversion in Modern East Java'. In W. Roff (ed.), Islam and the Political Economy of Meaning. London: Croom Helm.

Hefner, R. 1990. The Political Economy of Mountain Java. Berkeley: University of California Press.

Hefner, R. 1997. 'Islamization and Democratization in Indonesia'. In R. Hefner & P. Horvatich (eds), Islam in an Era of Nation States: Politics and Religious Renewal in Muslim Southeast Asia. Honolulu: University of Hawaii Press.

Kaplan, M. 1995. Neither Cargo nor Cult: Ritual Politics and the Colonial Imagination in Fiji. Durham (NC): Duke University Press.

Lee, K. 1999. A Fragile Nation: The Indonesian Crisis. River Edge (N.J.): World Scientific.

Lindstrom, L. 1993. Cargo Cult: Strange Stories of Desire from Melanesia and Beyond. Honolulu: University of Hawaii Press.

Lyon, M. 1980. 'The Hindu Revival in Java". In J. Fox (ed.), Indonesia: The making of a Culture. Canberra: Research School of Pacific and Asian Studies, Australian National University.

Ramstedt, M. 1998. 'Negotiating Identity: 'Hinduism' in Modern Indonesia'. Leiden: IIAS Newsletter, 17:50.

Reuter, T. 1998. 'The Banua of CandiPucak Penulisan: A Ritual Domain in the Highlands of Bali'. Review of Indonesian and Malaysian Affairs, 32 (1):55-109.

Schwartz, H. 1987. 'Millenarianism: An overview'. In M. Eliade (ed.), The Encyclopedia of Religion, Vol. 9:521-532. New York: MacMillan.

Smelser, J. 1962. Theory of Collective Behavior. London: Routledge and Kegan Paul.

Soesetro, D. & Arief, Z. 1999. Ramalan Jayabaya di Era Reformasi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Soewarna, M. 1981. Ramalan Jayabaya Versi Sabda Palon. Jakarta: P.T Yudha Gama.

Stewart, K. & Harding, S. 1999. 'Bad Endings: American Apocalypsis'. Annual Review of Anthropology 28:285-310.

Stewart, P.J. 2000. 'Introduction: Latencies and realizations in millennial practices'. Ethnohistory 47(1):3-27. [Special Issue on Millenarian Movements.]

Timmer, J. 2000. 'The return of the kingdom: Agama and the millennium among the Imyan of Irian Jaya, Indonesia'. . Ethnohistory 47(1):29-65.

Note: Dr Thomas Reuter is Queen Elizabeth II Research Fellow at the University of Melbourne's School of Anthropology, Geography & Environmental Studies. This paper was published in The Australian Journal of Anthropology and is being reproduced with their permission.
http://www.swaveda.com/articles.php?action=show&id=49

Sumber : http://adhiwus.wordpress.com
Diposkan oleh red_on di 22:16 0 komentar Link ke posting ini
RAMALAN JAYABAYA
PRABU JAYABAYA

Prabu Jayabaya raja Kediri bertemu pendita dari Rum yang sangat sakti, Maulana Ali Samsuyen. Ia pandai meramal serta tahu akan hal yang belum terjadi. Jayabaya lalu berguru padanya, sang pendeta menerangkan berbagai ramalan yang tersebut dalam kitab Musaror dan menceritakan penanaman orang sebanyak 12.000 keluarga oleh utusan Sultan Galbah di Rum, orang itu lalu ditempatkan di pegunungan Kendenag, lalu bekerja membuka hutan tetapi banyak yang mati karena gangguan makhluk halus, jin dsb, itu pada th rum 437, lalu Sultan Rum memerintahkan lagi di Pulau Jawa dan kepulauan lainnya dgn mengambil orang dari India, Kandi, Siam. Sejak penanaman orang-orang ini sampai hari kiamat kobro terhitung 210 tahun matahari lamanya atau 2163 tahun bulan, Sang pendeta mengatakan orang di Jawa yang berguru padanya tentang isi ramalan hanyalah Hajar Subroto di G. Padang. Beberapa hari kemudian Jayabaya menulis ramalan Pulau Jawa sejak ditanami yang keduakalinya hingga kiamat, lamanya 2.100 th matahari. Ramalannya menjadi Tri-takali, yaitu :

I. Jaman permulaan disebut KALI-SWARA, lamanya 700 th matahari (721 th bulan). Pada waku itu di jawa banyak terdengar suara alam, gara-gara geger, halintar, petir, serta banyak kejadian-kejadian yang ajaib dikarenakan banyak manusia menjadi dewa dan dewa turun kebumi menjadi manusia.

II. Jaman pertengahan disebut KALI-YOGA, banyak perobahan pada bumi, bumi belah menyebabkan terjadinya pulau kecil-kecil, banyak makhluk yang salah jalan, karena orang yamg mati banyak menjelma (nitis).

III. Jaman akhir disebut KALI-SANGARA, 700 th. Banyak hujan salah mangsa dan banyak kali dan bengawan bergeser, bumi kurang manfaatnya, menghambat datangnya kebahagian, mengurangi rasa-terima, sebab manusia yang yang mati banyak yang tetap memegang ilmunya.

Tiga jaman tsb. Masing-masing dibagi menjadi Saptama-kala, artinya jaman kecil-kecil, tiap jaman rata-rata berumur 100 th. Matahari (103 th. bulan), seperti dibawah ini :

I. JAMAN KALI-SWARA dibagi menjadi :

Kala-kukila 100 th, (th. 1-100): Hidupnya orang seperti burung, berebutan mana yang kuat dia yang menang, belum ada raja, jadi belum ada yang mengatur/memerintah.

Kala-buddha (th. 101-200): Permulaan orang Jawa masuk agama Buddha menurut syariat Hyang agadnata (Batara Guru).

Kala-brawa (th. 201 - 300): Orang-orang di Jawa mengatur ibadahnya kepada Dewa, sebab banyak Dewa yang turun kebumi menyiarkan ilmu.

Kala-tirta (th. 301-400): Banjir besar, air laut menggenang daratan, di sepanjang air itu bumi menjadi belah dua. Yang sebelah barat disebut pulau Sumatra, lalu banyak muncul sumber-sumber air, disebut umbul, sedang, telaga, dsb.

Kala-swabara (th. 401-500): Banyak keajaiban yang tampak atau menimpa diri manusia.

Kala-rebawa (th. 501-600): Orang Jawa mengadakan keramaian2-kesenian dsb.

Kala-purwa (th. 601-700): Banyak tumbuh2an keturunan orang2 besar yang sudah menjadi orang biasa mulai jadi orang besar lagi.

II. JAMAN KALA-YOGA dibagi menjadi :

Kala-brata (th. 701-800): Orang mengalami hidup sebagai fakir.

Kala-drawa (th. 801-900): Banyak orang mendapat ilham, orang pandai menerangkan hal-hal yang gaib.

Kala-dwawara (th. 901-1.000): Banyak kejadian yang mustahil.

Kala-praniti (th. 1.001- 1.101): Banyak orang mementingkan ulah pikir.

Kala-teteka (th. 1.101 - 1.200): Banyak oran g datang dari negeri-negeri lain.

Kala-wisesa (th. 1.201 - 1.300): Banyak orang yang terhukum.

Kala-wisaya (th. 1.301 - 1.400): Banyak orang memfitnah.

III. JAMAN KALA-SANGARA dibagi menjadi :

Kala-jangga (th. 1.401 - 1.500): Banyak orang ulah kehebatan.

Kala-sakti (th. 1.501 - 1.600): Banyak orang ulah kesaktian.

Kala-jaya (th. 1.601 - 1.700): Banyak orang ulah kekuatan untuk tulang punggung kehidupannya.

Kala-bendu (th. 1.701 - 1.800): Banyak orang senang berbantahan, akhirnya bentrokkan.

Kala-suba (th. 1.801 - 1.900 ) : Pulau Jawa mulai sejahtera, tanpa kesulitan, orang bersenang hati.

Kala-sumbaga (th. 1.901 - 2.000) : Banyak orang tersohor pandai dan hebat.

Kala-surasa (th. 2.001 - 2.100): Pulau Jawa ramai sejahtera, serba teratur, tak ada kesulitan, banyak orang ulah asmara.

Ramalan yang ditulis Jayabaya itu disetujui oleh pendeta Ali Samsujen, kemudian sang pendeta pulang ke negerinya, diantar oleh Jayabaya dan putera mahkotanya Jaya-amijaya di Pagedongan, sampai di perbatasan. Jayabaya diiringi oleh puteranya pergi ke Gunung Padang, disambut oleh Ajar Subrata dan diterima di sanggar semadinya. Sang Anjar hendak menguji sang Prabu yang terkenal sebagai pejelmaan Batara Wisnu, maka ia memberi isyarat kepada endang-nya (pelayan wanita muda) agar menghidangkan suguhan yang terdiri dari :

Kunir (kunyit) satu akar

Juadah satu takir (mangkok dibuat dari daun pisang)

Geti (biji wijen bergula) satu takir

Kajar (senthe sebangsa ubi rasanya pahit memabokkan satu batang)

Bawang putih satu takir

Kembang melati satu takir

Kembang seruni (serunai; tluki) satu takir

Anjar Subrata menyerahkan hidangan itu kepada sang prabu. Seketika Prabu Jayabaya menjadi murka dan menghunus kerisnya, sang Anjar ditikamnya hingga mati, jenazahnya muksa hilang. Endangnya yang hendak laripun ditikamnya pula dan mati seketika.

Sang putera mahkota sangat heran melihat murkanya Sang Prabu yang membunuh mertuanya (Anjar Subrata) tanpa dosa. Melihat putera mahkotanya sedih, sesudah pulang Prabu Jayabaya berkata dengan lemah lembut. "Ya anakku putera mahkota, janganlah engkau sedih karena matinya mertuamu, sebab sebenarnya ia berdosa terhadap Kraton. Ia bermaksud mempercepat berakhirnya, para raja di tanah Jawa yang belum terjadi. Hidangan sang Ajar menjadi perlambang akan hal-hal yang belum terjadi. Kalau ku-sambut (hidangan itu) niscaya tidak akan ada kerajaan melainkan hanya para pendeta yang menjadi orang-orang yang dihormati oleh orang banyak, sebab menurut guruku Baginda Ali Samsujen, semua ilmu Ajar itu sama dengan semua ilmuku".

Sang prabu anom bertunduk kepala memahami, kemudian mohon penjelasan tentang hidangan-hidangan sang pendeta dalam hubungannya dengan kraton-kraton yang bersangkutan, Sabda Prabu Jayabaya, "Ketahuilah anakku, bahwa aku ini penjelmaan Wisnu Murti, berkewajiban mendatangkan kesejahteraan kepada dunia, sedang penjelmaanku itu tinggal dua kali lagi. Sesudah penjelmaan di Kediri ini, aku akan menjelma Malawapati dan yang terakhir di Jenggala, sesudah itu aku tidak akan lagi menjelma di pulau Jawa, sebab hal itu tidak menjadi kewajibanku lagi. Tata atau rusaknya jagad aku tidak ikut-ikut, serta keadaanku sudah gaib bersatu dengan keadaan di dalam kepala-tongkat guruku. Waktu itulah terjadinya hal-hal yang dilambangkan dengan hidangan Sang Ajar tadi. Terdapat pada 7 tingkat kerajaan, alamnya bergantian, berlainan peraturannya. Wasiatkanlah hal itu kepada anak cucumu di kemudian hari".

Adapun keterangan tentang 7 (tujuh) kraton itu sbb:

Jaman Anderpati dalam jaman Kalawisesa, ibukotanya Pajajaran, tanpa adil dan peraturan. Pengorbanan-pengabdian orang kecil berupa emas. Itulah yang diperlambangkan dalam suguhan si Ajar berupa kunyit. Lenyapnya kerajaan karena pertengkaran di antara saudara. Yang kuat menjadi-jadi kesukaanya akan perang dalam tahun rusaknya negara.

Jaman Srikala Rajapati Dewaraja, ibukotanya Majapahit, ada peraturan negara sementara. Pengorbanan-pengabdian orang kecil berupa perak. Itulah diperlambangkan suguhan Ajar berupa juadah. Dalam 100 th. Kraton itu sirna, karena bertengkar dengan putera sendiri.

Jaman Hadiyati dalam jaman Kalawisaya. Disanalah mulai ada hukum keadilan dan peraturan negara, ibukota kerajaan di Bintara. Pengorbanan-pengabdian orang kecil berupa tenaga kerja. Itulah yang diperlambangkan dalam suguhan berupa geti. Kraton sirna karena bertentangan dengan yang memegang kekuasaan peradilan.

Jaman Kalajangga, bertakhtalah seorang raja bagaikan Batara, ibukotanya di Pajang. Disanalah mulai ada peraturan kerukunan dalam perkara. Pengorbanan-pengabdian orang kecil berupa segala macam hasil bumi di desa. Itulah yang diperlambangkan dalam suguhan Ajar berupa kajar sebatang. Sirnanya kerajaan karena bertengkar dengan putera angkat.

Jaman Kala-sakti yang bertakhta raja bintara, ibukotanya Mataram. Disanalah mulai ada peraturan agama dan peraturan negara. Pengorbanan-pengabdian orang kecil berupa uang perak. Itulah yang dilambangkan dalam suguhan Ajar berupa bawang putih.

Jaman Kala-jaya dalam pemerintahan raja yang angkara murka, semua orang kecil bertabiat sebagai kera karena sulitnya penghidupan, ibukotanya di Wanakarta. Pengorbanan-pengabdian orang kecil berupa uang real. Itulah lambang suguhan yang berupa kembang melati. Kedudukan raja diganti oleh sesama saudara karena terjadi kutuk. Hilanglah manfaat bumi, banyak manusia menderita, ada yang bertempat tinggal di jalanan, ada yang di pasar. Sirnanya Karaton karena bertengkar dengan bangsa asing.

. Jaman Kala-bedu di jaman raja hartati, artinya yang menjadi tujuan manusia hanya harta, terjadilah Karaton kembali di Pajang-Mataram. Pengorbanan-pengabdian orang kecil berupa macam-macam, ada yang berupa emas-perak, beras, padi dsb. Itulah yang dilambangkan Ajar dengan suguhannya yang berupa bunga serunai. Makin lama makin tinggi pajak orang kecil, berupa senjata dan hewan ternak dsb, sebab negara bertambah rusak, kacau, sebab pembesar-pembesarnya bertabiat buruk, orang kecil tidak menghormat. Rajanya tanpa paramarta, karena tidak ada lagi wahyunya, banyak wahyu setan, tabiat manusia berubah-ubah.

Perempuan hilang malunya, tiada rindu pada sanak saudara, tak ada berita benar, banyak orang melarat, sering ada peperangan, orang pandai kebijaksanaannya terbelakang, kejahatan menjadi-jadi, orang-orang yang berani kurangajar tetap menonjol, tak kena dilarang, banyak maling menghadang di jalanan, banyak gerhana matahari dan bulan, hujan abu, gempa perlambang tahun, angin puyuh, hujan salah mangsa, perang rusuh, tak ketentuan musuhnya.

Itulah semua perlambang si Ajar yang mengandung berbagai maksud yang dirahasiakan dengan endangnya ditemukan dengan Prabu Jayabaya. Saat itu sudah dekat dengan akhir jaman Kalabendu. Sirnanya raja karena bertentangan dengan saingannya (maru=madu). Lalu datanglah jaman kemuliaan raja.

Di saat inilah pulau Jawa sejahtera, hilang segala penyakit dunia, karena datangnya raja yang gaib, yaitu keturunan utama disebut Ratu Amisan karena sangat hina dan miskin, berdirinya tanpa syarat sedikitpun, bijaksanalah sang raja. Kratonnya Sunyaruri, artinya sepi tanpa sesuatu sarana tidak ada sesuatu halangan. Waktu masih dirahasiakan Tuhan membikin kebalikan keadaan, ia menjadi raja bagaikan pendeta, adil paramarta, menjauhi harta, disebut Sultan Herucakra.

Datangnya ratu itu tanpa asal, tidak mengadu bala manusia, prajuritnya hanya Sirullah, keagungannya berzikir, namun musuhnya takut. Yang memusuhinya jatuh, tumpes ludes menyingkir, sebab raja menghendaki kesejahteraan negara dan keselamatan dunia seluruhnya.

Setahun bukannya dibatasi hanya 7.000 real tak boleh lebih. Bumi satu jung (ukuran lebar. kl. 4 bahu) pajaknya setahun hanya satu dinar, sawah seribu (jung?) hasilnya (pajaknya) hanya satu uwang sehari, bebas tidak ada kewajiban yang lain. Oleh karena semuanya sudah tobat, takut kena kutuk (kuwalat) ratu adil yang berkerajaan di bumi Pethikat dengan kali Katangga, di dalam hutan Punhak. Kecepit di Karangbaya. Sampai kepada puteranya ia sirna, karena bertentangan dengan nafsunya sendiri.

Lalu ada Ratu (raja) Asmarakingkin, sangat cantik rupanya, menjadi buah tutur pujian wadya punggawa, beribukota di Kediri. Keturunan ketiganya pindah ke tanah Madura. Tak lama kemudian Raja sirna karena bertentangan dengan kekasihnya.

Lalu ada 3 orang raja disatu jaman, yaitu :

Ber-ibukota di bumi Kapanasan

Ber-ibukota di bumi Gegelang

Ber-ibukota di bumi Tembalang. Sesudah 30 th. mereka saling bertengkar, akhirnya ketiganya sirna semua. Pada waktu itu tidak ada raja, para bupati di Mancapraja berdiri sendiri-sendiri, karena tidak ada yang dianggap (disegani).

Beberapa tahun kemudian ada seorang raja yang berasal dari sabrang (lain negeri). Nusa Srenggi menjadi raja di Pulau Jawa ber-ibukotadi sebelah timur Gunung Indrakila, di kaki gunung candramuka. Beberapa tahun kemudian datang prajurit dari Rum memerangi raja dari Nusa Srenggi, raja dari Nusa Srenggi kalah, sirna dengan bala tentaranya. Para prajurit Rum mengangkat raja keturunan Herucakra, ber-ibukota di sebelah timur kali opak, negaranya menjadi lebih sejahtera, disebut Ngamartalaya. Sampai pada keturunanya yang ke tiga, sampailah umur Pulau jawa genap 210 matahari. Ramalan di atas disambung dengan "Lambang Praja" yang dengan kata-kata indah terbungkus melukiskan sifat keadaan kerajaan kerajaan di bawah ini

JANGGALA

PAJAJARAN

MAJAPAHIT

DEMAK

PAJANG

MATARAM KARTASURA

SURAKARTA

JOGJAKARTA.

Yang terakhir mengenai hal yang belum terjadi ialah :

Negara Ketangga Pethik tanah madiun

Negara Ketangga kajepit Karangboyo

Kediri

Bumi Kepanasan, Gegelang (Jipang), Tembilang (Dekat Tembayat)

Ngamartalaya

Perlu diterangkan bahwa tidak semua naskah Ramalan Jayabaya memuat "Lambang Praja". Maka hal ini banyak menimbulkan dugaan, bahwa ini sebuah tambahan belaka. Demikianlah pokok inti ramalan Jayabaya.

Sumber : Wonosari.com
Diposkan oleh red_on di 22:13 0 komentar Link ke posting ini
PERCAYA ATAU TIDAKPUN RAMALAN SABDA PALON SUDAH BERJALAN DAN TERBUKTI
Diarsipkan di bawah: Ilmu Kasunyatan — Den Blontang

Mungkin Tulisan ini sudah terlambat, tulisan ini terlalu sinis tapi mudah-mudahan bisa memberi pengertian dan kesadaran untuk lebih mencintai Tanah Air, Bangsa dan Nusantara. Mencintai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa, budaya serta peninggalan-peninggalan leluhur seperti Candi-candi, Pura, Puri, Purana ataupun yang lainnya. Memahami bahwa Majapahit masih ada sampai sekarang salah satu contohnya Bali yang sudah di Hindukan karena tidak bisa di Islamkan atau diarabisasi tapi lambat laun akan menjadi Arab kalau tidak disadari. Majapahit adalah bukan kerajaan Hindu tapi penyatuan Siwa Buda. Pada tahun 1961 Hindu di sahkan oleh Pemerintah sedangkan praktek-praktek di Bali sudah ada Ratusan tahun. Hindu identik dengan India Tapi Majapahit Bali tidak identik dengan India. Majapahit Bali semua menghormati leluhur (Silahkan tanya orang Bali yang mengerti sejarah,” Siapa yang di Bali yang tidak punya Kawitan dan menjang Sluwang Majapahit atau Siapa yang tidak melaksanakan odalan dan mecaru serta Upacara Ngenteg linggih yang menghormati leluhurnya biarpun akhirnya ke Tuhan). Pure boleh dikatakan tempat ibadah Hindu Tapi Pura/Puro adalah Keraton Stana daripada leluhur. Silahkan dicek kebenarannya bukan minta yang paling benar ataupun kalau bertanya cari orang yang benar-benar.

(Semua orang tahu akan Ramalan ini, tapi bagi yang tidak tahu silahkan baca terjemahannya dan akan mendapatkan kasunyatan, Majapahit tidak perlu pengakuan tapi Dunia mengakui Majapahit sejarah dan budayanya hanya bangsa sendiri saja yang belum membanggakannya, contoh Candi Borobudur diakui Dunia tapi karena bangsa ini tidak bangga akhirnya ya..menjadi hilang jati dirinya, malah membanggakan Candi kotak di padang pasir. Lihatlah bagaimana setiap orang di negara lain membanggakan peninggalan leluhurnya yang terawat. Disni ada yang berjuang, yang memang kewajiban BELIAU untuk berjuang malah ditutup dan di sunat “seperti adat Arab” tidak boleh memberikan kasunyatan padahal Dunia mengakuinya.

TERJEMAHAN BEBAS RAMALAN SABDA PALON NAYA GENGGONG YANG DULU DILARANG TANPA ALASAN YANG JELAS, PARADAJJAL ARAB KETAKUTAN DAN HABIS KONTRAKANNYA YANG MEMAKSA DIBUMI NUSANTARA TERCINTA

1. Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis didalam buku babad tentang Negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Orang yang bergelar Sunan Kalijaga didampingi oleh punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong. > (Cuplikan Serat Babad Majapahit, Darmagandul yang sempat dilarang zaman ORBA ketakutan dan pendiskriminasian etnis yang tidak boleh mempelajari Budaya Cina oleh Penjajah Dajjal yang ingin terus bercokol di negeri ini).
2. Prabu Brawijaya berkata lemah-lembut kepada punakawannya,”Sabda Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu lebih baik ikut Islam sekali, sebuah Agama suci dan baik”. > (Pada bait ini sebuah fakta kebohongan terjadi sejak 500 tahun yang lalu, Islam ajarannya baik tapi oknumnya memanfaatkan untuk menggempur yang lainnya dengan cara mudah sekali mengadu domba sesama, menyesatkan yang lain dan merasa paling benar dimuka bumi sampai detik ini. Tapi bagi yang tidak melakukan pemaksaan dan kekerasan serta pengrusakan apapun alasannya ya….jangan sewot atau mencak-mencak kebakaran jenggot).
3. Sabda Palon berkata kasar, ”Hamba tidak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dah Hyang setanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para Raja di tanah Jawa. Sudah digaris kita harus berpisah”. > (Ini kekukuhan orang Jawa yang masih mempertahankan adat dan budayanya, jaman sekarang mengucapkan hal seperti ini seperti “tidak mau masuk Islam” pasti akan disingkirkan, disesatkan dan dieliminasi, sayang seribu sayang Nusantara yang begitu beragam baik adat, budaya serta keyakinan akan dijadikan satu yakni budaya Arab disetir Dajjal. Lihat berita Nusantara TV, Koran dan lain-lain.)
4. Berpisah dengan sang Prabu kembali keasal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah lima ratus tahun saya akan menganti Agama Buda lagi, saya sebar seluruh tanah Jawa. > (Ajaran Buda maksudnya ajaran Budi pekerti, tapi tidak ada salahnya memahami ajaran Siwa Buda atau istilahnya kejawen, apapun menurut orang yang tidak senang/aneh yang sampai detik ini banyak diterapkan termasuk di Bali karena Bali adalah Majapahit yang dikenal daripada Indonesia oleh dunia yakni percaya adanya leluhur, kita ada dengan perantara leluhur, sebelum semua menghadap kepada Tuhan YME/Alloh SWT melalui Muhammad SAW/Allah melalui Yesusnya/Ida Hyang Widi Wasa/ Thian atau apapun sebutannya. Kita mengenal Agama yang dibawa oleh penjajah karena Orang tua kita, ingat !!. Jadi tidak ada salahnya kita mengenal leluhur dulu, Nama Tuhan terlalu suci untuk kita sebut dengan mulut yang banyak busuknya ini, sedikit-sedikit membawa nama Tuhan seakan-akan Tuhan yang menyuruh, renungkan!!)
5. Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan Jin, Setan Brakasaan dan lain-lainya. Belum legalah hati bila belum Saya hancur-leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata Saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya. > (Banyak orang jadi tumbal sia-sia, kecelakan dimana-mana dengan mengenaskan, saling bantai sesama saudara dengan pikiran emosi dan baru-baru ini Gunung Merapi bereaksi. Pintu langit dibuka dan pintu bumi dibiarkan terbuka untuk para roh-roh yang dianggap gentayangan, roh-roh yang dibantai dilepas untuk membalas, terbukti hampir setiap hari terjadi kebakaran hingga ada yang dipanggang hidup-hidup baik didarat, laut dan udara. Diaben yang lebih mengenaskan. Di Bali Upacara Ngaben masih ada upacaranya. Lha…ini langsung hidup-hidup. Pertanyaannya,”Mengapa terjadi setelah terhitung 500 tahun sejak Hyang Sabda Palon bersabda”).
6. Lahar tersebut mengalir kebarat daya, baunya tidak sedap. Itulah “Pratanda “ kalau saya akan datang. Sudah menyebarkan Agama Buda (Budi Pekerti yang luhur). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat dirubah lagi.
7. Kelak waktunya paling sengsara di Tanah Jawa ini pada tahun, Lawon Sapta Ngesti Aji (ada yang mengatakan 1878 atau 1877 tapi kejadiannya kenapa empat sampai lima tahun yang lalu itulah tidak ada yang tahu tetapi Majapahit di hancurkan habis oleh Demak Islam sekitar tahun 1503, tetapi keturunannya tidak habis sama sekalikan?. Bahkan yang menyerang juga sama-sama keturunan masa Majapahit hanya di provokasi oleh sunan (dulu, cuplikan Babad Kadiri) dan juga masih terjadi provokasi untuk menghabisi sesamanya (sekarang). “Cuma bilang sesat” habislah mereka digebukin sama massa yang memang dibodohi dulu. 500 tahun kemudian pada tahun 2003 mulailah ada “goro-goro”, 2004 Serambinya Mekkah dihancurkan dulu dengan alam, sampai sekarang bisa dilihat sekeliling dan Koran serta TV. Itulah sejarah, semua berhak punya analisa karena dulu orang Jawa tidak boleh belajar sejarah biar bodoh dan goblok dan bisa terus dijajah, semua tulisan jawa dan cina berganti dengan tulisan arab, Tulisan Jawa dan Cina dianggap asing padahal Muhammad sendiri bersabda “tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, makanya orang-orang Cina dilarang sekolah dan tulisan Cina dilarang fakta jangan ingkar. Uang kepeng/gobog banyak ditemukan berhuruf Cina. Silahkan datang ke Trowulan dan tanya pada orang yang membuat Batu bata merah ?. Adakah mereka menemukan uang gobog selain berhuruf Cina dan Jawa?. , Bali ornamen Bangunannya sama dengan Klenteng/tempat leluhur atau rumah Cina pada umumnya, orang pribumi dianggap asing, tulisan Cina dianggap asing, diskriminasi kepada bangsa leluhur Cina yang peninggalannya sebelum Gujarat masuk, padahal orang Arab disini itu yang lebih asing, “Apakah mereka asli, sejarah mengatakan kita adalah bangsa Indo-Cina” HADIST Nabi Muhammad pun yang diatas dimentahkan dengan sok berkuasa di negeri Nusantara yang beragam budaya, adat istiadatnya hingga berdasarkan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa malah mau diarabisasi piye to mas…masss . Ada ada apa sebenarnya dulu, kenapa sejarah yang sebenarnya dipasung lihat pada masa ORBA apalagi sejarah 500 tahun yang lalu. Kalau memang mau berfikir kawula Majapahit jangan mau jadi pelanduk dan mati ditengah-tengah. Jangan goblok lagi dimanfaatkan untuk menggebuk sesama dan untuk komandannya jangan korbankan saudara kami mereka memang bodoh dan goblok karena terlalu banyak dijajah tapi salut kawula Majapahit masih tegar melaksanakan Adat istiadat, Budaya serta unggah-ungguhnya. Untuk orang Cina yang sudah turun temurun lahir di Nusantara kalian bukanlah warga keturunan yang baru datang, (asing) tapi kaum yang membawa peradaban yang modren dan bagus dari abad pertama sejarah bangsa ini. Makanya tulisan Cina dilarang supaya tidak tahu lagi sejarahnya berganti dengan sejarah Arab. Untuk yang Arab lahir disini banggalah punya Nusantara. menghirup udara Nusantara, kawin disini patutlah menghargai peninggalan leluhur kami, bangga dengan Nusantara yang beragam, jangan kalian rusak. Ramalan ini dulu sudah beredar tapi dianggap lelucon/tahayul hingga Hyang Sabda Palon menumpas melalui alam, believe or not). Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang ditengah-tengah, tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia. > (Terbukti tiba-tiba banjir bandang, hujan sedikit longsor, rob dan lain sebagainya yang menurut pakar salah prediksi, mari direnungkan !!).
8. Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa (Nusantara). Itu sudah kehendak Tuhan tidak bisa dipungkiri dan disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada di tangan-Nya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya. < (Percaya leluhur bukan berarti tidak percaya Tuhan yang menciptakan Alam dan isinya, hanya melalui perantara leluhurlah kita semua bisa sampai ke Tuhan). 9. Bermacam-macam bahaya yang membuat Tanah Jawa rusak. Orang-orang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para Priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang dihutan. > (Berita Tv, Koran terjadi krisis Global, banyak pengusaha bangkrut, disebabkan yang merusak Nusantara dengan membawa misi Agama import adalah Saudagar-saudagar makanya para saudagar dikutuk “Saudagar Tuna Sadarum”. Memperjual-belikan seenaknya. Orang yang bertitel baik sarjana maupun ningrat banyak yang susah bahkan mempermalukan dirinya sendiri dengan, korupsi, membunuh ataupun bunuh diri, orang dulu bangga waktu membantai sesamanya sekarang dibantai oleh Alam, kecelakaan dengan kepala pecah di gorok dan lain sebagainya. Impas !!).
10. Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan heblat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tetapi siang hari banyak begal. > (Penjelasan ini bisa dilihat di sekeliling kita dan di media cetak maupun elektronik, KASUNYATAN).
11. Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan Negara (Tapi sekarang Negara diatur Dajjal yang membawa kerusakan dengan menerapkan aturan yang menguntungkan kelompoknya atau pribadinya dan mengkebiri yang lainnya), sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut masih berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata ditanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia alias tewas. > (Flu burung, flu Babi cikungunya nanti menuysul apalagi penulis tidak tahu…..!!!).
12. Bahaya penyakit luar biasa. Disana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang > (lihat berita TV, Koran).
13. Seperti lautan meluap airnya naik kedaratan (Banjir Rob). Merusakkan kanan-kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup dipinggir sungai banyak yang hanyut terbawa sampai ketengah laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan bergemuruh suaranya.
14. Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap kekanan serta kekiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali (lihat saja). Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun > ( sudah terbukti di Aceh yang menamakan serambi Mekkah di hancurkan dulu oleh alam, tanpa tersisa mengapa ??. tanyakan pada diri anda sendiri dan masih banyak kejadian diluar dugaan manusia).
15. Gempa bumi 7 kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah “BREKASAKAN” yang menyeret manusia masuk kedalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh Kebanyakan mereka meninggal dunia. < (banyak yang Bunuh Diri, tertimpa bangunan dan banyak lagi peristiwa tragis tapi miris) 16. Demikianlah kata-kata Sabda palon yang segera menghilang sebentar, tidak tampak lagi dirinya. Kembali ke alam-Nya dengan Mokswa. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun Bagaimana lagi segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin dirobah lagi. > (Kata-kata terakhir daripada Prabu Brawijaya banyak diucapkan oleh orang sekarang, apabila terjadi musibah dalam hati menjawab ya…itu sudah takdir, kodrat mahluk hidup, tanpa memikirkan dengan otak yang Gratis ini yang diberikan Tuhan dibantu kasih sayang kedua Orang Tua. Hukum sebab-akibat tidak pernah diterapkan, karena sudah kita di bodohkan dengan Dajjal Arab. Bagi yang berharta, musibah ini ini tidak ada artinya tapi bagi orang miskin, kere, semua ini ada artinya, karena mereka memang memandang segala sesuatu dengan Uang, harta yang utama bukan Budi pekerti, budaya yang sudah diterapkan turun temurun sejak jaman Majapahit yang terbukti bisa menyatukan Nusantara dengan Rakyatnya adil makmur Gemah Ripah Loh Jinawi. Sekarang semua ramalan berjalan percaya ataupun tidak kenapa ??. Karena memang sudah ada yang diemong lagi oleh Hyang Sabda Palon. Yakni Raja Majapahit Masa kini yang mempertahankan Adat Budaya Nusantara tanpa mau tunduk oleh Dajjal Arab. Banyak yang mengaku keturunan Majapahit bahkan mengaku Raja Majapahit, tapi kehidupannya tidak identik sama sekali dengan sejarah Majapahit sebelum Islam (Abad 15 Islam Demak menghancurkan jaman Majapahit diseponsori Dajjal bermata satu merasa benar dan paling benar). Kalau dulu Jawa, Nusantara di Islamkan, di Kristenkan, Di Hindukan sekarang Islam, Kristen, Hindu di Jawakan artinya Jawa itu Ngerti, Contoh ada pengungkapan Oalah Cino iku kog Jowo tenan yo..yo ?. Itulah fakta yang akan merubah Nusantara andaikan semua orang mengerti dengan Sejarah dan Budayanya. Terkadang orang hafal sejarah dan budaya dari bangsa lain. Tapi Sejarah dan Budaya bangsa sendiri tidak mau. Adat-adat Nusantara di cap sesat, lontar-lontar atau Kitab-kitab majapahit kuno ajaran leluhur dianggap ajaran setan, leluhur dianggap setan, hantu. Padahal Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Darma Mangrwa serta semboyan untuk para prajurit di ambil dari kitab-kitab Majapahit inipun nantinya akan diganti dengan tulisan arab, Ironis !!. Sukses bangsa Arab menjajah negeri ini dan kami….(kalian) ketakutan kalau Bangsa Arab memutus hubungan kemana lagi berhaji itulah salah satu kemenangan mereka. Banyak orang Jawa memakai nama Arab biar mudah dihormati. Tidak peduli apa yang terjadi sesama bangsa sendiri saling membantai (lihat saudaranya digebukin gara-gara tidak sepaham dengan mereka), orang jawa yang sok kearab-araban lebih Arab daripada Bangsa Arab sendiri. Bangsa Arab masih punya hati Nurani menjalankan kehidupannya biarpun masih ada TKW kita yang dianggap Budak, toh memang sejarahnya begitu (Jahilliyah makanya sampai diutus Nabi untuk membetulkan tabiat mereka). Orang jawa yang kearab-araban lebih biadab dari pada orang arab sendiri, menggebuk yang lemah, membantai yang tidak tahu sekedar unjuk kekuatan. Sifat Dajjal memang seperti itu. lihat berita TV, KORAN (yang tidak merasa ya…jangan sewot) . Bangsa ini sudah punya Budaya sebelum Gujarat masuk membawa misi Agama, sudah punya Budaya. Ajining Bongso soko Budoyo !. Jangan terulang kembali peristiwa PKI yang langsung dibantai semua ataupun dicap untuk dimusnakan saudara kita, peristiwa 14-15 Mei 1998, Penggebukan aliran kepercayaan, dan Jangan mudah menamakan sesat bagi yang lainnya, hingga untuk memancing massa yang bodoh memang dibodohkan mudah menhancurkan sesamanya. Tidak semua massa tahu pokok pemasalahnya, mereka bodoh hingga dimanfaatkan oleh orang yang punya kepentingan dengan kepintarannya (pinter keblinger). Wahai kawula Majapahit jangan mau diadu domba lagi termasuk oleh bangsa sendiri, sadarlah !!. Dan pahamilah Sabda dari Hyang Sabda palon untuk mencintai Nusantara dan sadar akan terjadi dan sudah terjadi. Majapahit hancur oleh bangsa lain pasti maklum, tetapi Majapahit hancur oleh bangsa sendiri, wajahnya sama, bahasa sama dan satu Nusa satu Bangsa, Ironis !!. Penulis waktu mengungkapan hal ini sedikit bergetar dan ada sesuatu yang aneh tapi siap mempertanggung-jawabkan apa yang sudah di bagi melalui media ini).

RAMALAN SUDAH BERJALAN MAU ATAU TIDAK MAU YANG DULU DILARANG BEREDAR, MENGAPA ?…… KETAKUTAN DAJJAL PULANG KEARAB. KARENA NUSANTARA SANGAT TERLALU KAYA RAYA BAGAIKAN SORGA TERMASUK ORANGNYA GANTENG DAN CANTIK. SEHINGGA MENJADI REBUTAN BANGSA LAIN. TAPI KARENA TIDAK BANGGA AKHIRNYA DIHANCURKAN OLEH DANYANG TANAH JAWA. NENEK MOYANG BANGSA KITA SUDAH SEJAHTERA MULAI ABAD PERTAMA, DIARAB MASIH PERANG SAUDARA DAN MASIH JAHILLIYAH. PATUT BANGGA, DIJAJAH SEKIAN LAMANYA BERARTI NUSANTARA MEMANG KAYA RAYA, KALAU TANDUS SIAPA YANG MAU MENJAJAH ?. (rahajeng dan rahayu untuk anda semua)


Sumber : THE TEMPLE OF MAJAPAHIT KINGDOM
Diposkan oleh red_on di 21:45 2 komentar Link ke posting ini
Langgan: Entri (Atom)
Searching


didukung oleh

Dapatkan Komisi Gratis!!

HARGA BLOG INI

My site is worth$3,508.2Your website value?
KEBANGKITAN HINDU
Selamat datang di Blog kami ini...dan SALAM SEJAHTERA/OSSA...
mudah-mudahan dgn blog kami yang sederhana ini dapat memberikan rasa kekuatan bagi temen-temen, sodara dan pemuda hindu serta generasi hindu yang akan datang...
blog ini bukan promosi jualan, juga jangan salah paham,
baca dulu dan renungkan, lihat kasunyatan, sadar kenyataan.
Semoga berbahagia hari ini. Bersatulah bangsaku melawan dajjal yang meneror untuk memaksakan kehendaknya dengan kekerasan !.. terimakasih.

Mudah untuk nge-link atau Masang banner blog kamu


BACA INI Bro...
Ka’bah adalah bekas kuil Hindu? Politik agama atau agama politik? Hindu Menjawab!!!! Forum Murtadin.....? Propaganda Agama TajMahal adalah Kuil Hindu yang disabotase? Generasi Hindu>Para Elite Cueki Forum Hindu? Catur Warna: Benarkah Menghambat Perkembangan Hindu? MEMAKNAI BANTEN DENGAN BIJAK Percayakah Anda Akan ini ? DESKRIMINASI ? Muhammad Adalah Nabi Terakhir Yang Ditunggu Umat Hindu?
Daftar Link

* Mau?Dapat Komisi Gratis!!
* MATARAM JAMAK
* PIS BOLONG BALI

Posting BARU

* Percayakah Anda Akan ini ? DESKRIMINASI ?
* Analogi Sumur dan Rakit.
* Aspek Kelemahan Hindu-BALI
* Kebangkitan Gerakan Agama Hindu di Jawa, Indonesia
* RAMALAN JAYABAYA

SEO Stats
[SEO Stats powered by MyPagerank.Net] [Googlebot last access powered by MyPagerank.Net] [SEO Monitor by MyPagerank.Net] Counter Powered by RedCounter
IKLAN